04 Februari 2012

BERGURU PADA LABA-LABA


Seorang siswa bertanya kepada  gurunya. “Guru, kita teramat sering merasa frustasi dan kecewa apabila apa yang kita rencanakan ataupun kerjakan mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan  harapan.  Apa yang harus diperbuat apabila kegagalan menghadang kita?”,  
“Anaknda yang budiman, untuk menjawab pertanyaan anaknda, guru punya sebuah cerita. Cobalah anaknda simak dan  resapi untuk menemukan jawabannya,” kata gurunya.
“Anakku, tersebutlah  ada seorang pemuda yang punya cita-cita menjadi seorang Punggawa Kerajaan. Untuk mewujudkan cita-citanya, pemuda tersebut telah mempersiapkan diri sejak anak-anak dengan belajar yang tekun dan penuh disiplin hingga sampailah saatnya dimana ia harus mengajukan lamaran untuk dapat diterima sebagai punggawa kerajaan A. Ketika keluar ruangan pejabat personalia kerajaan kelihatan raut wajahnya agak bersedih. Dia terlihat berjalan dengan langkah lunglai  dengan kepala tertunduk lesu menuju sebuah taman yang berada didepan istana kerajaan. Sebentar kemudian  ia terduduk di pojokan taman sambil  menghela napas panjang. Kegiatan itu diulangnya berkali-kali, seakan dia tidak tahu apa yang semestinya diperbuat.
Dalam lamunnya ditengah kekecewaan hatinya, tanpa disengaja  pandangan matanya tertuju pada  seekor laba-laba yang sedang  membuat sarangnya diantara ranting sebatang pohon tempat   duduk si Pemuda. Dengan perasaan kesal, si Pemuda menumpahkan kekecewaannya dengan merusak sarang laba-laba tersebut  menggunakan  sebuah ranting tanaman yang kebetulan ada didekatnya.
Dengan rusaknya sarang laba-laba tersebut, seakan tersalurkan sedikit kekesalan si Pemuda tersebut. Pemuda tersebut terus mengamati ulah laba-laba yang rumahnya baru saja dirusaknya. Dalam hati dia ingin tahu kira-kira apa gerangan yang akan dikerjakan laba-laba setelah sarangnya dirusaknya ? Apakah laba-laba akan pergi sejauh-jauhnya, atau  justru sebaliknya kembali untuk  membuat  sarang yang baru ? Rasa penasaran itu rupanya segera terjawabankan. Tak lama kemudian si laba-laba tampak kembali ke tempatnya semula. Laba-laba itu mulai  secara perlahan merayap-merajut sarangnya. Setiap helai benang dipintalnya  dari awal, semakin lama semakin lebar dan tanpa kenal  lelah hingga sarang barunya terselesaikan.
Memperhatikan ulah si laba-laba dengan semangat pantang menyerah membuat sarang yang baru , kembali ranting si pemuda beraksi   menghancurkan sarang tersebut untuk kedua kalinya. Dengan perasaan puas namun penuh rasa ingin tahu, kembali diamati ulah  si laba-laba setelah sarangnya dirusak untuk kedua kalinya?
Sungguh diluar dugaannya, ternyata, untuk ketiga kalinya, laba-laba mengulang kembali kegiatannya   dari awal. Dengan bersemangat laba-laba kembali merayap-merajut setiap helai benang yang dihasilkan dari tubuhnya  membuat sarangnya hingga selesai.
Melihat dan mengamati ulah laba-laba tersebut dalam membangun sarang yang telah hancur untuk ketiga kalinya, saat itulah si pemuda  sadarkan diri. Ternyata  berapa kalipun  sarang laba-laba dirusak dan dihancurkan, sebanyak itu pula laba-laba membangun sarangnya kembali. Semangat binatang yang begitu kecil dilihat dari ukuran tubuhnya ternyata  mempunyai  tekad yang kuat untuk selalu giat bekerja tanpa mengenal lelah, akhirnya telah  membuka kesadaran si pemuda.
Pemuda tersebut sepertinya merasa malu akan dirinya sendiri, kalah semangat dengan seekor laba-laba.    Hanya karena lamarannya ditolak kepala personalia kerajaan untuk pertama kalinya, membuat si pemuda frustasi berat  !  Melihat semangat pantang menyerah laba-laba, pemuda itupun berjanji dalam hati “Aku tidak pantas mengeluh dan putus asa karena telah mengalami satu kali kegagalan. Aku harus bangkit lagi! Berjuang dengan lebih giat dan siap memerangi setiap kegagalan yang menghadang seperti semangat laba-laba kecil yang membangun sarangnya kembali dari  setiap kehancuran!”  Segera si Pemuda bangkit dan bertekad kuat untuk berusaha  lebih giat lagi. Bila perlu, dia akan memulai dari awal lagi tanpa putus asa.
Demikianlah akhir cerita itu Anaknda, sesungguhnya mengalami kegagalan bukan berarti kita harus menyerah, apalagi putus asa. Sebab, sebenarnya dengan kegagalan itu berarti kita harus introspeksi diri dan berikhtiar lebih keras dari hari kemarin. kegagalan harusnya mulai kita pandang dari sudut yang berbeda.
Kita gagal bukan  berarti kita tidak sukses. Seperti kata pepatah yang  sering kita dengar : “Kegagalan adalah bagian kecil dari proses sebuah kesuksesan atau kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.
Kegagalan yang kita alami justru merupakan sarana menimba pengalaman dan sarana belajar untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan.
Selama kita masih memiliki tujuan yang menggairahkan untuk dicapai, tidak pantas kita patah semangat ditengah jalan. Pada kenyataannya tidak ada sukses yang tercipta tanpa melewati kegagalan.
Jangan takut gagal ! Siap bangkit! Raih Kesuksesan!
Mari berguru pada si Laba-Laba sebagaimana yang Guru ceritakan barusan.
Namaste.

Tidak ada komentar: