07 Januari 2012

KISAH SEORANG IBU DENGAN PENGUSAHA ES DAN PENGUSAHA PAYUNG

Pada suatu hari seorang sisya bertanya kepada gurunya terkait dengan apa yang telah dialaminya dalam kehidupan bermasyarakat di desanya. “Guru, kehidupan manusia di dunia ini tidak terlepas dari yang namanya  rwa bhineda, baik-buruk, senang – susah, sedih – bahagia dam sebagainya. Bagaimana kita mengelola sesuatu yang tidak baik tersebut menjadi baik? Sang Brahmana tersenyum mendengarkan pertanyaan yang diajukan muridnya dan berusaha menjawabnya.
“anaknda, terkait dengan apa yang anaknda tanyakan, brahmana punya sebuah cerita yang mungkin bisa membantu anaknda mencari jawaban atas apa yang anaknda pikirkan. Diceritakan ada seorang ibu yang memiliki dua orang anak. Karena ditinggal suaminya, ibu ini bersusah payah merawat dan membesarkan kedua putranya hingga tumbuh dewasa dan menjadi pengusaha yang sukses. Putranya yang sulung sukses menjadi pengusaha es dan putranya yang bungsu sukses menjadi pengusaha payung. Kesuksesan kedua putranya ini tidak serta merta membuat bahagia sang ibu.  Sang ibu yang sangat menyayangi kedua putranya ini tidak bisa melihat salah satu dari kedua putranya ini menderita. Karena itu sang ibu rajin sekali pergi ke Pura untuk bersembahyang mendoakan kedua putranya.
Di Pura sang ibu berdo’a sambil menangis sesengukan memohon agar anaknya dikaruniai rejeki. Hal ini menarik perhatian Pak Mangku pura untuk mengetahui lebih jauh terkait kesedihan sang ibu. Dengan perasaan iba Pak Mangku pura berusaha mendekatinya dan menanyai mengapa setiap sembahyang ke pura sang ibu selalu menangis. Adakah yang bisa saya bantu, kata pemangku pura.
Pak Mangku, saya mempunyai dua orang putra, kata Sang Ibu memulai ceritanya.  Yang sulung sebagai pengusaha es dan yang bungsu sebagai pengusaha payung. Ketika musim hujan putra sulung saya tidak bisa memasarkan es jualannya, sementara ketika musim kemarau putra bungsu saya tidak bisa memasarkan payung jualannya. Saya merasa sedih memikirkan kedua putra saya ini, kata sang ibu menjelaskan.
Setelah mendengarkan jawaban sang ibu tersebut, Pak Mangku terdiam sejenak kemudian berkata “ibu, disaat musim hujan cobalah ibu berpikir bahwa penjualan payung putra bungsu ibu laku keras sehingga dapat banyak uang dan bisa menabung untuk persediaan hidup dimusim kemarau tiba. Sementara disaat musim kemarau  bukankah pemasaran es putra sulung ibu laku keras sehingga dapat banyak uang dan juga bisa menabung untuk berjaga-jaga dimusim hujan tiba.   
Mendengar penjelasan Pak Mangku Pura, sang ibu bagai terjaga dari tidurnya. Dia baru menyadari akan kekeliruannya selama ini. Bukankah anak-anaknya telah menjadi pengusaha yang sukses. Karena itu kini setiap kali sang ibu sembahyang ke pura tidak lagi bersedih dan dalam do’a nya selalu bersyukur atas rejeki   yang telah dianugrahkan Ida Sanghyang Widhi kepada dirinya dan putra-putranya.
Anaknda, kebahagiaan dan penderitaan. Senang dan susah, gembira dan sedih yang dirasakan seseorang itu bisa berubah-ubah tergantung sudut pandang dan pikiran kita. Manusia memang kadang-kadang hanya melihat keadaan dari sisi yang negative dan yang merugikan saja. Akibatnya manusia menjadi lupa bersyukur dan menjadi korban dari cara pandang yang sempit dan dangkal. Segala sesuatu yang dipandang negative itu akan mempengaruhi pola pikir sehingga yang negative menutupi hasil lain yang lebih positif.
Kadang saat kita gagal kita lupa bahwa kita pernah berhasil. Hal inilah yang seringkali melemahkan mental kita. Kadang membuat kita tak bersemangat dalam hidup. Akibatnya masalah yag terkesan sepele menjadi terasa sangat berat. Kesalahan kecil yang seharusnya bisa segera diperbaiki justru menjadi berlarut-larut. Jika hal itu yang terjadi semangat luar biasa yang seharusnya bisa membangkitkan diri kita bisa tenggelam oleh pandangan yang salah tentang kehidupan ini.
Karena itu kita perlu mengubah pola pikir kita. Kita harus melihat dari berbagai sisi kehidupan. Bahwa roda kehidupan selalu berputar. Saat mengalami masalah atau kegagalan kita perlu mengingat masa dimana kita pernah berhasil. Dengan begitu, semangat kita akan terus menyala untuk membangkitkan diri kita dari keterpurukan mental.
Bila kita mampu melihat sisi yang positif dari setiap situasi yang muncul. Semua yang tadinya gelap bisa menjadi terang. Yang tadinya negative  akan berubah menjadi positif. Perasaan yang cemas dan gelisah akan berubah menjadi sesuatu yang menggembirakan sesungguhnya dalam menghadapi semua situasi yang berubah terus menerus, selama kita mamiliki kebijakan dan kekayaan mental dalam menghadapi semua itu niscaya kita akan menjadi pemenang yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar: