Ketika manusia sudah menentukan apa yang dipilih sebagai jalan hidup, seketika itu juga manusia akan mengabdikan hidupnya.
Jalan hidup yang tak pernah disangka sebelumnya, bahwa Hindu akan menjadi sebuah pilihan yang diberikan Sanghyang Widhi Wasa. Bermula dari berteman dengan komunitas orang-orang Bali, belajar mengetahui budayanya sampai memahami agama Hindu yang menjadi keyakinan mereka. Melihat Ibu seorang teman yang begitu rumit dan menyita waktu membuat banten untuk dihaturkan pada Sanghyang Widhi Wasa, membuat pintu hati saya terketuk dan bertanya dalam hati “Apakah saya pernah melakukan pengorbanan hanya untuk Tuhan ? Saya rasa belum.
Dalam diri saya selama ini hanyalah ada keegoisan yang menuntut bahwa tuhan akan mengabulkan semua keinginan saya, tanpa berpikir apa yang sudah saya lakukan untuk Tuhan selama saya hidup. Dari situlah saya menetapkan hati, bahwa saya ingin mempelajari Hindu. Pertama kali saya mencoba untuk melakukan sembahyang Tri Sandya dituntun seorang teman dirumah, pertama kali itu juga saya merasakan ada yang berbeda dalam hati saya, yang selama ini gelisah menjadi tenang seketika. Terasa saya pernah mengalami hal ini. Masih ada keraguan dalam diri saya, saya mencoba melakukan sembahyang Tri Sandya di kost- kostan entah nyata atau tidak saya seperti melihat Dewa Brahwa, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa, tangannya seperti memberikan berkah kepada saya. Saya masih belum yakin karena menurut saya hanya sekedar angan-angan. Namun ketika melakukan sembahyang untuk ketiga kalinya gambaran tersebut selalu muncul berulang-ulang, yang akhirnya memantapkan hati dan pikiran saya bahwa Hindu adalah anugrah yang diberikan Sanghyang Widhi menjadi jalan hidup saya.
Apa yang ditawarkan Hindu ?
Apa yang ditawarkan Hindu untuk hidup saya? Hati saya bertanya. Banyak yang ditawarkan Hindu mulai dari ajaran Dharma, keselarasan hidup berdampingan dengan segala ciptaannya. Budaya yang tak ternilai, bakti, karma, konsep ketuhanan tidak hanya pada tataran aturan tapi juga hakikatnya. Masih banyak hal lain yang ditawarkan di Hindu namun hal terpenting bukan apa yang ditawarkan tetapi ketenangan jiwa saat kita menghadap Sanghyang Widhi Wasa. Hal tersebut yang tidak semua umat merasakan getaran batiniah ketika menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada ajaran dharma yang diterapkan di Hindu yaitu selalu menanamkan dan berbuat baik disetiap waktu, karena perbuatan kitalah yang menentukan karma kita selanjutnya. Keselarasan hidup berdampingan dengan segala ciptaannya juga selalu diagungkan di Hindu. Pengamalan tersebut bisa dilihat dari upacara bhuta yadnya yang hakekatnya dilaksanakan untuk memelihara kelestarian alan semesta, agar selalu terjadi keselarasan antara manusia dan para bhuta. Bakti yang dilandasi dengan ketulusan hati dilakukan melalui beryadnya sebagai ucapan terima kasih dan rasa syukur kepada Sanghyang Widhi Wasa yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Kemudian budaya yang tak ternilai yaitu ketentuan adat-istiadat yang ada pada daerah di Bali, yang tidak pernah memperdebatkan perbedaan yang ada. Penjelasan yang hanya sekelumit dari apa yang ditawarkan Hindu untuk umatnya inilah yang membuat Hindu menjadi jalan hidup saya.
Pro dan Kontra Tentang Hindu.
Begitu saya mengikrarkan diri memeluk agama Hindu, saat itu pro dan kontra dari lingkungan keluarga, sahabat maupun teman datang silih berganti. Saya dikatakan murtad, penghianat, calon penghuni neraka, penyembah berhala dan hinaan lainnya yang memekakkan telinga, tidak ada satupun yang membuat saya bergeming juga merubah pilihan saya. Pernyataan mendukungpun tidak pernah berhenti mengelilingi saya, tapi saya juga tidak merasa diagungkan. Namun, kehilangan beberapa orang sahabat benar-benar membuat saya terpukul, karena sahabat yang saya anggap orang paling mengerti dalam hidup saya malah lebih memilih berpihak pada prinsip bukan pada nurani. Keluargapun tak semuanya mengetahui bahwa saya telah memeluk Hindu, kecuali ibu dan kakek. Saya tidak ingin menimbulkan konflik yang besar, biarlah waktu dan tangan Sanghyang Widhi yang akan menuntun saya untuk menciptakan kesepahaman.
Hal lain tentang referensi ajaran Hindu yang dianggap sebagai agama budaya, penyembah berhala, agama yang membeda-bedakan umat dari kastanya juga mewarnai perjalan saya saat memeluk Hindu. Namun, saya juga tak bergeming sedikitpun dari pilihan saya semula.
Saya menghargai adanya pro dan kontra bahkan sampai menimbulkan konflik. Saya menganggap bahwa ketidakpahaman tersebut membuat saya lebih sabar untuk menghadapi ujian yang diberikan Sanghyang Widhi Wasa, agar saya menguatkan hati bahwa Hindu adalah pilihan terbaik. Keyakinan saya berkata bahwa suatu saat seiring berjalannya waktu Sanghyang Widhi akan memberikan jalan untuk semua konflik yang ada. Saat ini saya hanya bisa bersabar semoga yang tidak mengerti dibukakan mata hatinya. Bahwa agama adalah sebuah pilihan bukan rasa keterpaksaan, maupun keturunan. Karena pada dasarnya Tuhan menciptakan semua agama dengan tujuan membuat manusia berbakti dan mengabdi pada –Nya, meski berbeda cara dan kaidahnya. (Candra Kartika Sari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar