Prof. Dr. Monyeto |
Disebutkan pada suatu hari ada seorang Profesor yang hendak mengisi liburannya disebuah danau yang begitu indah panorama alamnya. Disana banyak nelayan yang menawarkan jasa hendak mengantarkan para wisatawan yang tertarik untuk berlayar menikmati panorama danau yang betul-betul eksotik (indah dan masih alami), sehingga tidak sedikit diantara wisatawan yang sempat kesana mendapatkan inspirasi yang diilhami oleh panorama danau tersebut. Karena itulah sang Profesor juga tertarik untuk menikmati panorama danau tersebut siapa tahu dapat inspirasi yang betul-betul orisinil yang berguna bagi kemaslahatan umat manusia. Sang Profesor-pun menyewa sebuah sanpan dengan seorang nelayan sebagai pengendalinya.
Perlahan-lahan sampan itu bergerak meninggalkan dermaga untuk selanjutnya berlayar mengelilingi danau. Sepertinya tidak berlebihan kiranya apa yang dipromosikan orang terkait dengan keindahan danau tersebut, kata Profesor dalam hati. Hembusan angin yang sepoi-sepoi sepertinya hendak menerbangkan anggan setiap orang yang menikmati panorama danau pada suatu keadaan yang begitu damai bak disurga (emangnya surga itu seperti apa ya …..?). Sang Profesor kelihatan begitu gembira dan seperti biasa dalam suasana hati yang gembira tersebut sang Profesor melakukan aktifitas membacanya. Sang Profesor ternyata sudah membekali dirinya dengan beberapa buah buku dan dengan ramahnya sang Professor menyapa sang Nelayan.
“Pak Nelayan, laju sampannya yang pelan saja ya…! Saya mau menikmati panorama ini sambil membaca buku, ini saya bawa beberapa buku, mau ikut baca nggak?” Sapa Sang Profesor menawarkan sebuah buku.
“Terima kasih Pak, maaf saya tidak bisa membaca Pak,” kata nelayan itu dengan polosnya.
“waduh jaman seperti ini kamu tidak bisa membaca ? wah…itu berarti 25 % hidupmu sudah mati”, kata Profesor itu dengan congkaknya.
Nelayan itu terdiam mendengarkan pelecehan yang dilakukan sang Profesor kepadanya.
Beberapa saat kemudian sang Profesor menghidupkan radionya hendak mendengarkan berita yang seperti biasa disiarkan sebuah radio pemerintah. Kembali Sang Profesor bertanya kepada sang Nelayan.
“Pak Nelayan, senang mendengarkan berita nggak,” Tanya Sang Profesor.
“wah, jangankan mendengarkan berita, radiopun saya tidak punya”, kata Sang Nelayan.
“Waduh, gimana nih kamu tidak pernah mendengarkan berita ? itu berarti 50 % hidupmu sudah mati”, kata Profesor dengan sinisnya.
Sang Nelayan-pun terdiam memendam ketersinggungan atas pelecehan yang dilakukan sang Profesor untuk kedua kalinya.
Dalam keterdiaman tersebut tiba-tiba angin bertiup kencang membuat Sang Profesor dan Nelayan Kaget. Sampan oleng dan terbalik. Sang Profesor berteriak-teriak minta tolong.
“tolong………., tolong saya pak Nelayan saya tidak bisa berenang, “ teriak Sang Profesor.
“Bapak tidak bisa berenang ya…..! itu berarti 100 % hidup anda sudah mati,” balas Sang Nelayan.
Demikianlah dialog singkat antara seorang Profesor yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dengan seorang nelayan yang kemungkinan besar tidak pernah mengenyam dunia pendidikan Bercermin dari dialog diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Setiap orang memiliki kemampuan/keahlian/keterampilan yang berbeda-beda sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya.
2. Perbedaan tersebut hendaknya menyadarkan kita bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna. Apa yang kita miliki belum tentu dimiliki orang lain demikian sebaliknya.
3. Ketidak sempurnaan itu mengharuskan kita untuk bisa hidup saling isi, saling melengkapi dan bekerja sama untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan.
4. Kelebihan yang kita miliki hendaknya jangan menjadikan kita merasa sombong karena dibalik kelebihan tersebut kita juga memiliki kekurangan sebagai akibat kelebihan yang dimiliki oleh orang lain.
5. Untuk itu jangan meremehkan kemampuan orang lain. Marilah kita hidup saling menghormati dan saling menghargai dalam bekerjasama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar