
Sembahyang menggambarkan satu keadaan mistik ketika kesadaran individu terserap dalam Tuhan. Ia adalah pengikatan jiwa kepada Tuhan, sebuah tindakan cinta dan pemujaan kepada-Nya. Ia adalah pemujaan dan peng-agung-an Tuhan. Ia adalah ucapan terima kasih kepada Tuhan untuk semua anugrah-Nya.

Semua dapat sembahyang /berdo’a
Yang buta, yang tuli, yang lumpuh, yang tidak memiliki tangan, yang lemah, yang bodoh, dan yang hina, yang sedih, semua dapat sembahyang/berdo’a kepada Tuhan; karena sembahyang/berdo’a adalah kepunyaan hati dan perasaan dan bukan kepunyaan badan.

Anak-anak tidak tahu tatabahasa dan cara mengucapkan kata secara benar. Ia mengucapkan beberapa suara, tapi sang ibu mengerti ! ketika ibu mengerti bahasa hati, apa yang dikatakan kepada saksi yang ada dididalam diri/batin kita ? Dia tahu apa yang ingin kamu sampaikan sekalipun kamu melakukan kesalahan dalam sembahyangmu kepada-Nya, sekalipun ada kesalahan dalam mantra- mantra yang kamu ucapkan, bila kamu tulus, bila doa itu datang dari hatimu. Dia mendengarnya, karena dia mengerti bahasa hatimu.
Do’a siapa yang didengar ?
Sembahyang harus muncul dari hati dan tidak hanya sekedar penghormatan dibibir. Doa kosong adalah seperti suara bedug bertalu atau gemerincing ceng ceng. Sembahyang/berdo’a yang datang dari hati yang suci dan tulus seketika akan didengar oleh Tuhan. Do’a dari orang yang licik dan jahat tidak akan pernah didengar.
Tuhan selalu menjawab permohonan tulus dari bhakta-nya. Hanyalah orang-orang yang tidak tulus yang mengatakan Tuhan tuli, Tuhan selalu waspada terhadap tanda-tanda kesulitan dari anak-anaknya, bukalah hatimu kepada-Nya tanpa reservasi dan jawabannya akan datang dengan sendirinya.
Sumber : Media Hindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar