24 September 2009

Kisah Nyata : MENEMUKAN JALAN KEBENARAN

Saya terlahir dari seorang ibu yang berkebangsaan Yugoslavija, beragama Kristen Orthodox dan ayah dari Deli Serdang, Sumatera, beragama Islam. Walaupun kami keluarga modern namun ayah menginginkan saya untuk memeluk agama Islam, disekolah sejak kecil diajarkan sembahyang dan mengaji. Pada bulan puasa saya ikut menjalankan ibadah puasa meskipun sampai jatuh sakit. Walaupun pernikahan dengan perbedaan agama keluarga kami tetap harmonis dan tak pernah mempersoalkan perbedaan agama.

Ketika usia saya menginjak 9 tahun saya sering bermimpi didatangi oleh seorang pemuda yang memainkan sulingnya. Pemuda itu sangat tampan dinaungi sinar bulan purnama dan melambai-lambaikan tangannya kepadaku sambil tersenyum. Saya sendiri tidak mengerti siapa pemuda itu sesungguhnya dan ketika kutanyakan hal ini kepada orang tuaku mereka mengatakan mimpi adalah bunga tidur. Suatu ketika saya diajak menonton film India oleh ayah saya. Di dalam film itu saya melihat orang India bersembahyang pada wujud patung yang saya jumpai di dalam mimpi dan mereka menyebutnya Krisna. Semenjak itu saya merasakan kehadiran Krisna di mana-mana. Saya ingin bersembahyang kepada-Nya seperti yang dilakukan orang-orang Hindu di India. Ketika saya mengemukakan hal ini kepada orang tua saya tentu saja mereka marah dan tidak setuju. Namun entahlah ketika saya bermain-main dikamar kerja ayah yang saat itu menjadi wartawan Kantor Berita Antara saya menemukan buku Ensiklopedia tentang sejarah India. Didalam buku itu saya melihat gambar klasik Rada bersama pasangannya Krisna. Diam-diam saya menggunting gambar itu dan dengan kesederhanaan saya tanpa mengerti mantra apa yang perlu dibaca.

Ketika ayah menemukan Ensiklopedianya tergunting, ayah marah besar. Apalagi setelah mengetahui bahwa saya memuja Krisna, beliau memarahi saya habis-habisan. Beliau khawatir saya mengidap gangguan kejiwaan. Setelah itu mereka membawa saya ke psikolog anak dan dianggap sebagai anak suka menghayal. Waktu berlalu saya berusaha untuk melupakan Krisna-ku dan kembali keagama asal.

Suatu hari ayah ditugaskan untuk dinas di kota Tokyo Jepang selama 8 tahun dan diijinkan untuk membawa keluarga selama masa tugasnya. Di Kota tersebut ada suatu daerah tempat hiburan dan berbelanja yang terkenal dengan sebutan Harajuku. Anak-anak muda berkumpul ditrotoar di samping toko sambil bernyanyi dan menari mempertunjukkan kebolehannya masing-masing. Disuatu sore ketika saya sedang menikmati hiburan, tiba-tiba saya mendengar lagu-lagu yang merdu “Hare Krisna…. Hare Krisna…. Krisna Krisna Hare Hare. Hare Rama… Hare Rama….Rama Rama Hare Hare”
Hati dan tubuh saya bergetar seketika. Saya menoleh pada wanita Jepang yang mengenakan Sari dan memakai tilak didahinya. Dia memberikan saya buku tentang Krisna. Saya mulai mengerti bahwa Krisna adalah titisan Maha Wisnu yang tidak lain adalah manifestasi Tuhan sendiri. Tak terasa air mata ini berlinang karena menemukan sesuatu yang selama ini hilang. Hati saya begitu diliputi dengan kebahagiaan. Saat itu orang tua saya sudah memberikan kelonggaran kepada saya. Saya mulai rajin beribadah ke Kuil.

Delapan tahun berlalu, ayah melanjutkan tugasnya di New York selama 2 tahun. Saya sendiri tetap di Tokyo, melanjutkan studi bahasa Jepang. Tidak sampai satu tahun ayah bertugas di New York, ayah mendapat serangan stroke yang mengakibatkan seluruh keluarga harus kembali ke tanah air. Kami kembali menempati rumah di Jakarta. Semua tetangga menegur ayah saya karena membiarkan saya menyembah Krisna yang dianggap berhala dan musyrik. Karena kasihan pada ayah saya kembali menjalankan ibadah sebagai orang muslim, walaupun sejujurnya batin ini tidak pernah mendapatkan ketenangan. Namun satu-satunya yang menjadi hiburan saya ketikak menjalankan sholat adalah Krisna tetap berada dihadapan saya dalam wujud Maha Wisnu. Terus terang saya merasa sangat bersalah kepada Tuhan sejati saya Maha Wisnu. Saya lalui hari-hari penuh kehampaan dan keterpaksaan.

Sampai dimalam bulan suro ketika orang jawa merayakannya, saya melihat seorang wanita cantik dalam pakaian kebaya hijau masuk ke kamarku menembus dinding kamar. Saya sungguh terkejut, saya bertanya : “Siapakah dirimu?” Beliau menatapku dengan lembut dan berkata : “saya adalah Ibu” Dengan ketus saya kembali bertanya lagi.”kalau Ibu pasti mempunyai nama “ Beliau menatapku ku dengan lembut dan menjawab “ Cah Ayu, Ibu ini Penguasa Laut Selatan”. Jantungku berdebar begitu kencang, langsung saya bersujud dan berkata “Kanjeng Gusti Ratu Kidul apakah keinginan anda sesungguhnya?” Beliau lalu menjawab : “Kau adalah titisan Puteri-Ku, Ibu sangat mengasihimu. Ibu datang untuk menunjukkan Jalan yang Benar”. Semenjak itu Ibu Ratu sering mengunjungiku.

Saya merasakan jiwaku terlepas dari tubuhku melayang menembus atap rumah, masuk ke Kalimalang. Di dalam Kali ada sebuah mobil tanpa atap yang dikendarai oleh seorang lelaki tua bersama wanita tua. Kami menembus lebih dalam masuk kedalam laut dimana kehidupannya tidak terlalu berbeda dengan kehidupan manusia biasa. Aku diajak kedalam istana Ibu Ratu Kidul. Beliau menjamuku dengan penuh kasih sayang dan memberikanku kalung mutiara, sisir, dan bedak sebagai oleh-oleh. Beliau berkata “ anakku semoga kau selalu terberkati” Ketika saya mau pulang tiba-tiba seorang yang mirip sekali dengan patih Gajah Mada menghentakkan kakinya diatas dasar laut. Dan kendaraan yang saya tumpangi hancur berantakan. Ternyata masih ada dua orang wanita yang ingin pulang kebumi bersama saya. Kami kebingungan bagaimana akan pulang kalau tak ada kendaraan? Tiba-tiba terpikir oleh saya, bukankah kami ini adalah roh. Kami tidak butuh kendaraan. Saat itu juga saya merasakan diri ini melayang-layang keangkasa, terbang dan pada akhirnya menembus atap rumah dan kembali ke tubuh. Badan ini terasa amat letih. Semenjak itu saya mulai melakukan pemujaan pada Ibu Ratu Kidul dengan mempersembahkan sesaji setiap malam jum’at kliwon. Anehnya sejak saat itu saya mulai menolong menyelesaikan masalah orang lain. Saya merasakan bahwa Ibu Ratu memiliki hubungan yang dekat sekali dengan Sang Maha Wisnu. Bahkan saya merasakan Beliaulah pengejawantahan dari Sang Maha Laksmi.

Pernah suatu malam saya bercanda dengan sang Ibu Ratu : “Bu, dialam manusia , kalau seorang akrab maka pasti mereka saling membagi foto, saya ingin memiliki foto Ibu sebagai kenangan. Saat itu beliau hanya tersenyum. Anehnya keesokan harinya seorang kawan datang ingin menemui saya. Dia mengatakan ada pesan dari Ibu Ratu untuk memberikan foto pada seorang yang bernama Melati. Foto itu adalah Bunga Wijaya Kusumah yang dipotret, tetapi hasilnya menjadi penampakan dari Kanjeng Ratu Kidul. Tiba-tiba saja seluruh ruangan berbau bunga Melati. Sambil mengangguk-angguk kawan saya berkata, “Ya..kamulah orangnya”. Seketika bingkisan yang berisi foto dari Ibu Ratu diserahkan kepada saya. Kian hari hubungan saya dengan Ibu Ratu semakin dekat, kami sering berkomunikasi laksana Ibu dan Anak

Gejolak terhadap Krisna pun semakin kuat. Bahkan saya merasakan bahwa Ibu Ratu maupun Sang Maha Wisnu sudah lahir kembali didunia ini. Tetapi entahlah dimana ?

Tahun 1999 ayah dipanggil Sang Hyang Widhi, kami menguburkan beliau secara Islam. Tibalah saatnya untuk mencari jalan spiritual yang benar. Sebetulnya saya juga merindukan sosok seorang lelaki berambut kribuo yang kisahnya pernah saya dengar saat saya di Jepang. Kata hati dan batin ini beliau adalah Avatar. Timbulah keinginan yang mendalam untuk menemui beliau namun saya tidak tahu dimana tempatnya. Beliau adalah Sri Bhagawan Satya Sai Baba.

Dari teman saya menemukan alamat Sri Bhagawan Satya Sai Baba dan kami mendapatkan undangan untuk melakukan Puja Hanuman dirumah salah seorang bakta Sai. Lagi-lagi saya terkejut melihat potret yang terpampang di altar sembahyang di Hanuman Temple. Saya bertanya siapakah perempuan itu ? karena wajah itu begitu tidak asing bagi saya (wajah yang saya lihat saat penampakan Ibu Ratu naik ke Puncak Tangga). Mereka mengatakan bahwa Beliau adalah Shri Mad Sai Rajarajeshwari, titisan dari Maha Shakti di jaman Kali Yuga, dan beliau akan datang di bulan Juni 2006 dengan bergetar saya menunggu kedatangannya. Hari yang ditunggupun tiba, Shri Rajarajeshwari yang sering disebut AMMA datang ke Kapuk Mandir. Saat beliau memasuki ruangan air mata tidak dapat terbendung lagi. Degup jantungku berdetak begitu kencang. Sekarang saya begitu yakin bahwa Sai Baba adalah jelmaan Maha Dewa Wisnu dan Amma adalah jelmaan Sang Maha Shakti. Saya semakin rajin melakukan meditasi dan pemujaan. Saya merasakan Tuhan atau Om Kar sangat dekat dengan ku. Segala pengejawantahan-Nya merupakan wujud kasih yang sangat dalam , serasa seribu wujud itu menjadi keluarga yang sangat harmonis untukku.

Amma memberikan sekuntum bunga Melati kepada Ibunda saya. Dan Ibu sayapun melihat penampilan Maha Dewa Shiva. Kini ibu saya yang beragama Orthodox sangat berubah, dan sangat dekat dengan Sang Maha Dewa. Kami berusaha untuk menjalankan hidup yang lebih Satvik.

Om Jai Sai Ram, terima kasih Amma terima kasih Baba, kini saya sudah menemukan jalan Tuhan yang sebenarnya dan saya menyadari Kitab Suci Weda adalah Kebenaran Yang Mutlak.(Melati Astisuka)


1 komentar:

kasub abadi mengatakan...

gdomitrima kasih melati semoga berbahagia