“Aku jauh…engkau jauh,
aku dekat engkau dekat.
Hati adalah cermin.
Tempat pahala dan dosa bertaruh”
.
“Luar biasa” ternyata sang pujangga/pencipta lagu tersebut begitu dalam memaknai keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, yang mana sesungguhnyalah Tuhan itu adanya terasa sangat jauh jika kita kita tidak bisa memahami-Nya sehingga kita harus mengembara kesana-kemari mencari-Nya, demikian sebaliknya Beliau sangat dekat bahkan lebih dekat dari yang terdekat jika kita bisa memahami-Nya.
Untuk memahami pernyataan tersebut saya teringat dengan tutur yang disampaikan lewat cerita oleh Orang bijak.
Tersebutlah disuatu Desa, ada seorang gadis dewasa yang sudah mencapai usia untuk berumah tangga. Sesuai dengan tradisi desa tersebut, orang tua si gadis biasanya memilihkan untuk anak gadisnya seorang pengantin laki-laki yang pantas dari keluarga dekat. Gadis tersebut ternyata menolak pilihan orang tuanya. Ia ingin memilih jodohnya sendiri. “masak sudah jaman modern begini aku dijodoh-jodohkan, aku ingin kawin dengan lelaki terbaik yang memiliki kedudukan yang tertinggi di Desa ini” kata gadis tersebut.
Menyikapi keinginan anak gadisnya tersebut, orang tua tersebut dengan bijaksana memberikan kesempatan kepada anaknya untuk menuruti kehendaknya.
Dengan restu orang tuanya maka mengembaralah gadis itu untuk mencari lelaki terbaik yang mempunyai kedudukan yang tertinggi. Siapakah menurut gadis tersebut yang memiliki kedudukan tertinggi di Desanya ?
ya…Kepala Desa memiliki kedudukan tertinggi didesanya, demikian pendapat gadis tersebut. Oleh karena itu dia merasa baru akan kawin hanya dengan Kepala Desa. Maka berusahalah dia untuk mengikuti Kepala Desa tersebut.
Suatu hari ketika gadis tersebut mengikuti Kepala Desa yang sedang menunggang kudanya, dilihatnya Kepala Desa tersebut turun dari kudanya ketika melihat seorang “Sanyasi” (orang suci yang hidup mengembara). Kepala Desa member hormat dan menyentuh kaki “Sanyasi” tersebut baru kemudian berlalu melanjutkan perjalannya.
Betapa kaget Gadis itu, dan berkata dalam hati : “alangkah bodohnya aku mengira bahwa Kepala Desa adalah orang yang kedudukannya tertinggi diantara manusia”. Sanyasi itu tampaknya lebih tinggi kedudukannya dari Kepala Desa. Maka gadis itu pun berubah pikiran dan hendak kawin dengan seorang “Sanyasi” dan ia pun akhirnya mengikuti “Sanyasi” tersebut.
Ketika sampai dipersimpangan jalan, dilihatnya “Sanyasi” tersebut berhenti kemudian mendekati sebuah patung Dewa Ganesha yang berada pangkal batang pohon beringin besar nan rimbun kemudian menyembahnya. Lagi-lagi di kaget dan merasa bahwa Patung Dewa Ganesha lebih tinggi kedudukannya dari seorang “Sanyasi”. Gadis itu kembali berubah pikiran dan memutuskan untuk mengawini patung Dewa Ganesa.
Sekarang gadis itu duduk dekat patung Dewa Ganesha.
Karena tempat itu bukan pura dan hanya pangkal sebatang pohon beringin besar, tidak banyak orang mengunjunginya. Tiba-tiba datang seekor anjing mendekati patung Dewa Ganesha tersebut dan mengangkat sebelah kaki belakangnya untuk melaksanakan panggilan alam.
Melihat pemandangan tersebut, Gadis itu lalu berpikir bahwa anjing itu lebih tinggi kedudukannya dari patung Dewa Ganesa dan gadis tersebut berpikir untuk mengawini Anjing tersebut. Tetapi lamunannya kemudian buyar ketika seorang anak laki-laki melempari anjing itu dengan batu dan anjing itu lari kesakitan sambil terkaing-kaing. Seorang lelaki dewasa melihat anak lelaki itu telah berlaku kejam pada binatang itu lalu mengejarnya. Gadis itu kemudian memutuskan lelaki dewasa yang mengejar anak itu adalah yang tertinggi kedudukannya dan yang terbaik, maka gadis itu memutuskan untuk mengawini lelaki dewasa tersebut. Ternyata akhirnya baru disadari oleh gadis tersebut bahwa laki-laki dewasa itu adalah pengantin yang sebelumnya dipilih oleh orang tuanya.
Jadi orang yang dia pikir berada jauh sesungguhnya sangatlah dekat.
Engkau mengembara keseluruh negeri untuk mencari Tuhan, karena seolah-olah Dia jauh adanya. Selama Dia tidak diketahui Dia tentu saja akan sangat jauh. Seluruh pencarian tidak akan mengungkapkan-Nya. Dia ada sangat dekat dengan mu. Lebih jauh dari yang terjauh. Tetapi lebih dekat dari yang terdekat.
“Doorat doorai antikecha” kata Weda. Artinya “ketika tidak dipahami dia jauh, tetapi ketika dipahami dia dekat didalam diri kita”.
Karena itu sesungguhnyalah tiada tempat didunia ini bagi umat manusia untuk melakukan kebohongan karena Beliau, Sang Khalik/Tuhan/Ida Sanghyang Widhi ini ada didalam diri manusia.
Tuhan,
Tuhan Yang Maha Esa,
Tempat aku memuja,
Dengan segala do’a
Tuhan,
Tempat aku berteduh
Dimana aku mengeluh
Dengan segala Keluh
Aku jauh..engkau jauh,
Aku dekat… engkau dekat,
Hati adalah cermin
Tempat pahala dan dosa bertaruh…………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar