Diceritakan ada suatu tempat dimana berlaku hukum adat “jika seorang tertangkap mencuri sapi, maka pencuri itu dihukum dengan tanda pada dahinya bertuliskan huruf MS yang artinya Mencuri Sapi.
Pada suatu hari ada dua orang bersaudara yang tertangkap karena mencuri sapi. Kepala Desa-pun lalu memutuskan untuk memberikan tanda MS di dahi kedua orang maling itu. Kedua bersaudara ini sangat sedih hatinya, karena seluruh warga desa mengejeknya dan setiap orang yang berlalu mencemoohkannya . anak-anak pun ikut mengolok-olok mereka.
Maling yang lebih tua yang bernama I Dolar sangat merasakan penderitaan ini dan ia memutuskan lebih baik pergi meninggalkan desa itu mengembara mencari ketenangan. Tetapi tanda yang melekat didahinya menarik perhatian semua orang kemanapun ia pergi. Semua orang bertanya-tanya “apa arti kata MS itu, siapa menuliskan huruf itu didahimu ?” pertanyaan semacam itu selalu dia dengar. Lama-lama ia menjadi jengkel. Ia-pun selalu pindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Tetapi dimanapun ia tinggal I Dolar tidak pernah tenang. Semua orang mencemohkannya. Akibatnya makin lama ia makin kurus karena malu, sedih dan sakit hati. Akhirnya ia meninggal di perantauan, jauh dari anak dan keluarga.
Adapun saudaranya yang bernama I Rupiah berkeputusan tetap tinggal dikampungnya sendiri. Ia berpendapat tidak perlu lari dari kenyataan bahwa dia seorang penjahat. Semua cacian, hinaan dari masyarakat dia terima dengan senang hati dan penuh kesabaran. Ia telah memutuskan untuk melupakan masa lalu yang suram dan membuka lembaran baru untuk hidup yang lebih baik. Ia tak perduli dengan tulisan yang tersurat didahinya. Ia senantiasa berbuat baik, sopan santun, menolong setiap orang yang menderita kesusahan. Ia selalu rajin bekerja dan taat dengan agamanya. Tetangga-tetangganya semua kagum kepada tingkah laku yang baik dari I Rupiah.
Kini dia menjadi simbul kebaikan dan lambang kebajikan dari desanya. Orang-orangpun lupa bahwa dia itu bekas pencuri sapi. Sifat-sifatnya sudah jauh sekali berbeda dari yang dahulu. Beberapa puluh tahun kemudian beberapa orang asing datang ke desa tersebut dan menjumpai I Rupiah yang sudah begitu tua. Mereka tertegun melihat ada tulisan MS didahinya. Orang asing itupun bertanya kepada orang-orang di kampong itu apa arti dari MS itu.
Orang-orang kampong yang kebanyakan anak muda sudah tidak tahu lagi apa kepanjangan MS itu. Mereka lalu mengartikan kata MS itu dengan sebutan Manusia Suci. Hal ini disebabkan karena mereka hanya tahu bahwa I Rupiah orang tua yang terkenal jujur, I Rupiah adalah orang yang taat pada agama, suka menolong orang dan selalu berbuat baik. Orang-orang Desa tak mengenal lagi bahwa MS itu adalah singkatan dan Maling Sapi. Mereka mengira MS itu adalah Manusia Suci sebagai tanda kehormatan kepada I Rupiah yang baik hati itu.
Demikianlah akhirnya pada suatu saat I Rupiah sendiri membuka rahasianya dihadapan anak-anak di desanya bahwa dia pada mulanya adalah seorang penjahat. Tetapi hukuman dari kejahatannya itu memberikan hikmah, dia sadar pada diri lalu mengubah hidup menjadi orang suci. I Rupiah lalu menyarankan pada anak-anak agar mempergunakan pengalaman pahit dari hidup yang lampau sebagai cambuk untuk memperbaiki diri. Janganlah meniru cara hidup dari I Dolar yang putus asa, lari dari kenyataan. Akhirnya penderitaan makin bertambah sehingga ia mati karena kesedihan. I Rupiah menjelaskan berbahagialah hidup sebagai manusia, karena manusialah yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, yang baik dan yang tidak baik. Manusia pula yang bisa memilih dan menentukan apa yang terbaik bagi dirinya.
I Rupiah juga menyebutkan mengapa ia tidak mau lari dari kenyataan walaupun semua orang mengejeknya sebagai Maling Sapi. I Rupiah ingin meniru apa yang dilakukan oleh Ratnakara yang pada mulanya seorang perampok, tetapi kemudian sabar dan bertobat. Akhirnya menjadi orang suci. Ratnakara kemudian mengubah namanya menjadi Bhagawan Valmiki. Dia terkenal sebagai penulis cerita Ramayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar