20 April 2009

TAKDIR atau KARMA


Dalam kehidupan sehari-hari orang sering mencampur-adukan antara Takdir dengan Karma, padahal sujatinya antara Takdir dan Karma itu berbeda. Orang sering mengatakan "sudah menjadi Takdir-nya", atas apa yang dialami atau menimpa seseorang.
Apakah sebenarnya Takdir ? dan apakah sebenarnya yang dimaksud Karma ? Apakah yang dialami atau menimpa seseorang itu karena Takdir atau Karma ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut ada baiknya menyimak dulu cerita berikut ini:

Ada seorang anak tunggal yang lahir dari keluarga kaya di shanghai Utara, sewaktu kecil dia diramal oleh seorang guru sakti, bahwa dia akan hidup bahagia tanpa kekurangan apapun, dia ditakdirkan menjadi orang yang sangat kaya, lebih kaya dari orang tuanya.
Guru itu terkenal sakti, tidak pernah berbicara sembarangan, tidak pernah berbohong dan 100 % ucapannya sepertinya merupakan suara dari para Dewa, sehingga anak itu dan keluarganya sangat percaya akan hasil ramalan tersebut.
Anak itu tumbuh semakin dewasa, namun sayang semakin dewasa anak tersebut semakin malas, gemar berpoya-poya sampai akhirnya pada suatu hari kedua orang tuanya meninggal dunia. Keadaan seperti ini tidak membuat anak tersebut merubah perangainya. Dia tetap saja bermalas-malasan dan hidup berfoya-foya sampai akhirnya warisan orang tuanya habis terkuras.
Sepertinya ramalan Guru Sakti yang mengatakan bahwa dirinya akan menjadi orang yang kaya raya melebihi orang tuanya begitu diyakininya sehingga kejadian meninggal orang tuanya sampai akhirnya warisan kekayaan orang tuanya habis terkuras tidak menjadikan anak tersebut sadar diri dan merobah kebiasaan buruknya. Dia meminjam uang kiri kanan dan berjanji akan melunasi hutangnya, dia yakin suatu hari dia akan dapat melunasi hutang-hutangnya karena dia ditakdirkan kaya raya. Dia terus berfoya-foya, umurnya terus bertambah dan hutangnya pun terus bertambah, sampai suatu hari tidak ada seorangpun yang mempercayainya dan tidak ada yang mau lagi meminjamkan uang kepadanya.
Dia betul-betul jatuh miskin dililit utang dan akhirnya menjadi pengemis yang malas, kerjanya meminta minta, hasil mengemis untuk makan dan setelah cukup kenyang dia tidur tidak mau bekerja sama sekali sehingga membuat murka penduduk disana, sampai pada akhirnya tidak ada lagi orang yang mau memberikan apapun lagi kepadanya.
Suatu saat ketika dia sangat kelaparan, dan gagal meminta makan kepada semua orang yang ditemuinya, dia pergi ke sebuah Kuil, disana dia memohon agar diberikan makanan, namun pengurus Kuil tidak bersedia memberikannya makan kecuali kalau dia mau menyapu halaman Kuil.
Dia menyapu beberapa saat, lalu dia meminta makan, namun penjaga Kuil memaksa dia menyapu semua daun kering di halaman Kuil, mengumpulkannya ke sudut benteng Kuil, menggali tanah dan menimbun daun kering itu didalam lubang tanah galian.
Tapi karena orang ini sangat malas, dia tidak mau melaksanakannya, dia lebih memilih berbaring kelaparan hingga ajalnya tiba. Ketika arwahnya naik kehadapan Dewa Maut, dia protes kepada para Dewa, dia bilang Dewa telah berbohong, dulu Dewa berkata bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi kaya raya, namun kenyataannya dia mati kelaparan dan miskin.
Dewa Maut lalu menjelaskan bahwa seharusnya dia menjadi orang super kaya yang hartanya tidak akan habis dipakai berfoya-foya 3 turunan kalau saja dia menyelesaikan tugas dari penjaga Kuil tersebut, karena didalam tanah disudut benteng kuil tersebut telah disediakan satu peti besar berisi emas permata tak ternilai jumlahnya.
“Andai saja kamu tidak super malas, maka kamu akan menemukan harta karun tersebut sehingga kamu bisa melunasi semua hutang dan masih tersisa banyak sekali harta untuk hidup kaya raya “.
Arwah orang ini kembali protes, “Dewa licik, Dewa curang, kalau memang saya ditakdirkan kaya, ya jadikan saya kaya, tak perlu pakai syarat apapun, tidak perlu kerja apapun…….”
Dewa mulai tersinggung :”lalu apa mau-mu?”
Orang ini lalu menjawab : “saya ingin bisa hidup enak, tinggal dirumah bagus, bisa makan kenyang dan tidur nyenyak tanpa perlu harus bekerja”.
Setelah berunding, akhirnya para Dewa meluluskan permintaaannya, dia kembali menjelma ke dunia, tinggal dirumah mewah, makan kenyang, tidur nyenyak tanpa perlu kerja apapun, hanya saja bukan sebagai manusia, melainkan sebagai se-ekor ayam bekisar !!

Dari cerita tersebut muncul tanya : “apakah yang dialami orang tersebut Takdir atau Karma?
Sebelum menjawabnya perlu diketahui dulu apa sebenarnya pengertian Takdir dan Karma.
Takdir, diartikan Tuhan menentukan nasib manusia secara sepihak dan sewenang-wenang, konon, menurus Islam, ketika Allah meniupkan roh manusia ke dalam tubuh janin, ketika janin berusia 40 hari didalam kandungan ibunya. Pada waktu itulah ditentukan apakah ia akan menjadi orang baik (penghuni sorga) orang jahat (penghuni neraka). Kristen tidak menjelaskan soal ini. Mengenai kapan jiwa manusia dibentuk dan kapan ia masuk ke tubuh manusia, juga tidak dijelaskan dalam Kristen.
Takdir bersifat definitive dan tertutup, artinya manusia tidak dapat merobah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak ada kehendak bebas pada manusia, karena semua sudah ditentukan oleh Allah sebelumnya. Karena tidak ada kehendak bebas, seharusnya manusia tidak bertanggung jawab. Tapi anehnya, didalam agama-agama ini ada Hari Pengadilan Akhir, pada hari itu setiap manusia diadili atas perbuatan mereka yang sebetulnya hanya sekedar menjalankan apa yang telah ditetapkan Allah. Setelah diadili, mereka , dikirim ke Sorga atau Neraka, sesuai dengan perbuatan yang telah ditakdirkan, dimana mereka menikmati kesenangan dan siksa badan secara abadi.
Karma; diartikan sebagai tindakan manusia akan membawa hasil dan hasil itu yang menentukan “nasib” (apa, siapa dan bagaimana) manusia itu. Manusia bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Agar ada Tanggung jawab maka manusia memiliki kehendak bebas. Bersifat terbuka, karena manusia, dengan tindakannya selalu dapat merobah nasibnya. Dalam keadaan sesulit apapun selalu ada harapan dan kesempatan untuk perbaikan, karena itu ia bersifat optimistic. Karma dikaitkan dengan pasangannya reinkarnasi dapat menjelaskan keadaan manusia (yang berbeda-beda) secara lebih rasional, “sesuai dengan kehendaknya, demikianlah perbuatannya; sesuai dengan perbuatannya demikian manusia jadinya. Ia yang berbuat baik menjadi baik, ia yang berbuat buruk menjadi buruk.” Demikian dikatakan oleh Brhadaranyaka Upanisad. Karma itu adil.
Oleh karena itu takdir sangat tidak rasional, tidak adil dan kejam. Dogma takdir melahirkan sikap fatalistic, semua digantungkan pada Allah, manusia tidak perlu berusaha. Buat apa berusaha karena semua sudah ditakdirkan oleh Allah ?
Nah kembali kepada cerita diatas maka apa yang dialami anak orang kaya tersebut, Kalau dikatakan Takdir semestinya apapun yang terjadi tetap menjadikan orang tersebut kaya raya tapi kenyataannya karena malas dan berfoya-foya orang tersebut menjadi jatuh miskin dan meninggal dunia dalam keadaan kelaparan.
Jadi jelas sudah yang dialami oleh anak orang kaya tersebut adalah karena Karma anak tersebut (karena malas dan berfoya-foya). Dan …………………………………..
Hindu percaya karma dan tidak percaya pada takdir.

Tidak ada komentar: