Mendengar maupun mengalami yang namanya mutasi bagi diriku maupun teman-temanku di lingkungan kerjaku dapat dikatakan bukan sesuatu yang istimewa lagi. Yang promosi maupun yang rolling saja atau bahkan yang degradasi…..semuanya dirasakan biasa-biasa saja. Maklumlah, dilingkungan kerjaku yang namanya mutasi itu dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan mauupun keinginan serta kebijakan pemegang kebijakan. Sudah menjadi tradisi menjelang Purnama, para pejabat di lingkungan kerjaku bertanya-tanya atau mengira-ngira, siapa gerangan yang akan diterjang tsunami mutasi.
Purnama, 26 Juli 2010 yang telah berlalu, gelombang tsunami mutasi menjadi kenyataan bagi diriku. Aku digulung gelombang tsunami mutasi dan terdampar diluar pusat pemerintahan , agak menjauh dari tempat tinggalku. Meskipun begitu aku tetap bersyukur karena kata orang aku termasuk dalam katagori promosi.
Ada beberapa catatan menarik dari dampak gelombang tsunami mutasi yang menerjangku diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama ketika surat undangan pelantikan aku terima, ada 2 penomena menarik yang menjadi pengamatanku yaitu adanya orang-orang yang merasa kaget dan seperti kehilangan atas kepindahanku dan adanya orang-orang yang mungkin bersyukur atas hengkangnya aku dari tempat tersebut. Aku sadari betul akan hukum rwa bhineda itu. meskipun dipermukaan di tempatku bekerja atasanku menerima pemberitahuan bahwa aku terkena mutasi, atasanku sepertinya merasa kehilangan sekali demikian juga teman-temanku yang selama ini selalu aku libatkan dalam mengerjakan tugas-tugas maupun menyelesaikan masalah-masalah ditempat kerjaku. Mereka seakan-akan bagaikan orang buta yang kehilangan tongkatnya, seakan-akan tidak akan mampu berjalan dalam kegelapan, padahal sujatinya tidak separah yang mereka takutkan, karena aku yakin betul ekspresi mereka itu adalah reaksi sesaat saja yang kemudian akan berlalu hilang dihapus dengan datangnya tugas-tugas selanjutnya.
Semua itu akhirnya segera terjawab, dengan keterbukaan dan kebesaran hati masing-masing akhirnya dapat dimaklumi bahwa apa yang terjadi dalam mutasi ini sebagai suatu yang biasa disamping sebagai bentuk penyegaran bagi karyawannya juga sebagai bentuk evaluasi kinerja sehingga kemungkinan ada karyawan/karyawati yang promosi maupun degradasi.
Bagi diriku pribadi kondisi tersebut diatas kurasakan biasa-biasa saja tak ada rasa tersanjung ataupun kesandung atas sikap teman-temanku. aku telah menerimanya sebagai suatu anugrah dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sehingga akupun merasa tidak ada beban untuk melepaskan maupun mengembalikan semua pasilitas yang pernah aku terima yang membuatku selama ini berada diwilayah yang nyaman. (semua fasilitas yang pernah aku terima dari kantor-ku sudah aku kembalikan esok harinya). Dan aku juga dengan iklas membagi segala informasi yang pernah aku miliki kepada penggantiku sehingga ada gambaran bagi penggantiku untuk melanjutkan tugas-tugas disana. Aku tidak ingin memberi contoh kurang baik yang selama ini terkesan dari orang-orang yang senang menguasai fasilitas pemerintah yang pernah didapatkannya, sehingga sampai harus ditagih-tagih (idih malu ach……….!!!)
Yang kedua adalah bermunculannya informasi yang disampaikan orang-orang yang merasa tahu dan berperan atas proses tsunami mutasi yang menyeretku hingga masuk katagori promosi. Dengan semangat 45, Mereka bercerita tentang bagaimana proses dibelakang layar sampai aku berada diposisiku sekarang ini.
Tanda Tanya besar dalam hatiku “Mengapa harus diceritakan padaku ?”
Yang pasti, ya…..supaya aku tahu, terus bisa menghargai orang lain dan menyadari bahwa teman-temanku masih peduli dengan diriku dan sebagainya. Ya…ya….ya.
Secara pribadi aku sih senang-senang saja menerima informasi itu yang sudah barang tentu menambah pengetahuan yang aku miliki. Apapun bentuknya, informasi itu khan penting untuk itu aku Cuma bisa bilang Terima kasih atas apa yang telah mereka lakukan, yang tanpa mereka sadari sebenarnya mereka-mereka itu telah diperalat oleh Hyang Widhi untuk menjalankan skenario terhadap tokoh yang aku perankan.
Suksma Hyang Widhi /puji syukur ku panjatkan kehadapan Hyang Widhi Wasa atas campur tangan-Nya selama ini yang kebanyakan orang tidak pernah menyadarinya sehingga lebih senang kebajikannya dipahatkan diatas batu dibandingkan menuliskannya diatas pasir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar