09 Juli 2010

Merayakan Tahun Baru 2010

Momen Tahun Baru 2010 ini menurutku begitu bagus dimana pada tanggal 31 Desember 2009 merupakan hari rainan Purnama dimana kita sebagai umat Hindu harus melaksanakan persembahyangan. Dan sudah semestinya umat Hindu merayakan detik-detik pergantian Tahun Masehi 2009 ke Tahun 2010 dengan bersembahyang mengucapkan syukur atas apa yang telah diraih di Tahun 2009 dan sekaligus melakukan mulat sarira/introspeksi diri atas apa yang telah diperbuat pada tahun yang telah lewat guna nantinya diperbaiki di tahun berikutnya.
Saking bagusnya momen ini maka aku pun menseting perayaan Tahun baru ini dengan super istimewa (bagiku). Dimalam pergantian tahun aku dan keluargaku sembahyang bersama baik di Pura Kawitan maupun di Merajan Keluarga di Batuagung. Esok harinya aku rencanakan uji coba menggunakan mobil yang baru kubeli untuk bersama istri dan anak-anakku melakukan pengelukatan di Pura Tirta Empul Tampak Siring Gianyar. Kemudian hari berikutnya aku rencanakan mengajak anak-anakku ke Bedugul kemudian langsung pulang ke Negara. Jadi Klop rasanya sambil beritual aku juga bisa menghibur anak-anak dan istriku di tahun baru ini.
Apa yang aku rencanakan inipun seperti biasa tidaklah terlalu mulus. Selalu saja ada godaan. Godaan kali ini adalah keragu-raguan istriku untuk mengikuti kegiatan ini sehingga membuatku tak habis pikir dengan istriku ini. Tapi semua itu akhirnya berlalu seiring dengan berhasilnya aku memberikan penjelasan bahwa apa yang akan aku lakukan ini adalah untuk kebaikan dan kebahagiaan keluarga sehingga harus didukung bukan malah meragukannya.
Namun setelah diberi pengertian akhirnya istriku bisa menerima dan sangat kebetulan sekali ibuku sore harinya telah pulang dari Denpasar sehingga ada yang menunggu/menjaga rumah selama aku menjalani liburan tahun baru bersama istri dan anak-anakku.
Jum’at, 1 Januari 2010, jam 07.00 Wita kami sudah berkemas-kemas untuk berangkat menuju Denpasar. Aku memeriksa kesiapan mobil, sementara istriku sibuk menyiapkan banten (daksina) untuk aturan di Pura Tirta Empul dan juga menyiapkan perlengkapan untuk bermalam selama di Denpasar. Anak-anaku bergiliran mandi dan berganti pakaian. Tepat pukul 07.45 kami pun berangkat menuju Denpasar. Mobil aku pacu perlahan saja untuk memberi kenyamanan pada anak-anakku sehingga tidak ada yang mabuk dan sekaligus bisa mengontrol kondisi mesin mobil yang sudah berumur itu. Karena saking pelannya, jarak Negara – Denpasar aku tempuh kurang lebih tiga jam lebih. Tapi aku senang, anak-anakku tidak ada yang mabuk malah mereka berdua asik bermain di dalam mobil.
Setiba di Denpasar aku langsung ke rumah bli Nyoman Locong yang kebetulan waktu itu masih berada di Rumah Sakit Sanglah (dirawat karena kena DB). Aku hubungi di HP-nya. Dan karena memang sudah janjian akan mengantar aku ke Pura Tirta Empul jadinya Bli Nyoman dan Mbok Dek tidak kaget dan segera pulang menemuiku untuk segera berangkat ke Pura Tirta Empul.
Jam 12.30 Wita kami berangkat menuju Pura Tirta empul. Dalam perjalanan kami banyak cerita tentang perjalanan yang dilalui dan juga kondisi mbok dek hingga tak terasa kamipun akhirnya tiba di Lokasi Pura Tirta Empul. Setelah memarkir mobil kami menuju tempat ganti pakaian dimana telah disediakan loker kusus penitipan pakaian bagi pemedek yang hendak melakukan prosesi pengelukatan. Ternyata lokasi ini sudah ditata secara professional sehingga memberi kenyamanan bagi pemedek yang hendak melakukan prosesi pengelukatan.
Kami menyewa dua loker untuk menyimpan barang-barang bawaan dan setelah siap dengan pakaian pengelukatan, istriku juga menyiapkan bebantenan yang sudah dibawa dari rumah. Dari luar tembok penyengker tempat pengelukatan, aku lihat sudah banyak orang mengantre untuk melakukan pengelukatan. Kami segera memasuki areal pengelukatan dan terlebih dulu kami melakukan persembahyangan memohon kepada Hyang Widhi untuk memberikan pengelukatan lahir dan batin atas diri kami lewat sarana yang tersedia di Pura Tirta Empul. Setelah selesai sembahyang baru kami turun ke kolam dan ternyata…..airnya dingin sekali. Anak-anakku juga terkaget dengan kedinginan airnya, namun aku mencoba dengan sabar untuk terus memompakan semangat dan keyakinannya sehingga akhirnya anak-anakku tidak ragu-ragu lagi nyemplung di kolam.
Saking ramainya pemedek, tanpa ada yang mengomando para pemedek sudah membuat barisan antrean sampai tiga kali putaran. Meskipun antreannya panjang para pemedek semua sabar dan dinginnya air seakan tak menggoyahkan tekadnya untuk mendapatkan air pengelukatan dari pancoran Tirta Empul. Anak-anaku sebenarnya hampir tidak tahan dengan dinginnya air namun dengan diajak bermain air mereka seakan lupa bahwa air itu dingin sehingga kami semua berhasil melakukan prosesi pengelukatan sampai pancuran yang terakhir. Tertib sekali, dan ada beberapa Wisatawan manca Negara dan domestic yang asyik mengabadikan prosesi ini.
Setelah selesai melakukan pengelukatan di pancoran yang terakhir, kami bergegas naik dari kolam dan rintik-rintik hujan mulai turun lagi seakan memberi kami pengelukatan yang terakhir. Anak-anak kami mulai kelihatan kedinginan dan kamipun bergegas mengajaknya untuk segera berganti pakaian di tempat ganti pakaian yang tersedia. Selesai mengganti pakaian ternyata hujan kembali reda, dan kami kembali ke mobil untuk melanjutkan rencana selanjutnya.
Bli nyoman Locong memberi tahu kami bahwa dari lokasi Tirta Empul kita bisa menuju obyek wisata Kintamani, Bangli, yang jaraknya tidak terlalu jauh yaitu kurang lebih dua puluh lima kilometer.
Dalam benakku terpikir bahwa jarak 25 km tidaklah terlalu jauh sehingga aku arahkan mobilku menuju Kintamani sebagaimana petunjuk Bli Locong. Terasa sekali hawa sekitar mulai dingin, disamping karena memang hari sudah sore juga karena memasuki ketinggian. Kabut tipis mulai aku lihat sepanjang perjalanan menuju Kintamani. Bli Locong tidak henti-hentinya bercerita seputar perjalanan menuju Kintamani seperti misalnya masalah Dagang Kopi Luwak yang biasanya dicari para wisatawan domestic maupun manca Negara.
Tak terasa akhirnya kami sampai didesa penelokan Kintamani yang hawanya begitu sejuk. Setelah memarkir mobil corolla-ku, Kami jalan-jalan disekitar areal tempat wisata Kintamani. Beberapa kali aku abadikan pemandangan yang indah di Kintamani dengan kamera yang ku bawa dan sempat pula kami membeli pernik-pernik kecil yang dijajakan anak-anak kintamani. Tak terasa waktupun kian sore dan suasana mulai samar-samar karena kabut mulai turun dan sang mentaripun hendak pergi keperaduannya. Akhirnya perjalanan kami lanjutkan untuk pulang ke Dalung. Mbok Dek Bu yang kebetulan saat itu masih dirawat di RSUP Sanglah beberapa kali sempat menghubungi Bli Locong karena serasa lama juga sudah ditinggal dan tidak ada yang menunggui di RS.
Jam19.00 kami tiba di Pasar dalung dan istirahat sejenak untuk membeli makan. Setelah selesai makan aku langsung ke tempat kost-kostan untuk istirahat tidur karena semua kecapekan. Kami semua merasa bangga dan bahagia serta puji syukur aku panjatkan karena apa yang aku rencanakan untuk mengisi liburan Tahun Baru 2010 terpenuhi yaitu untuk melukat di Pura Tirta Empul Tampak Siring Gianyar dan tambahan main ke Kintamani. Aku bangga karena mobil yang baru saja aku beli mengantar kami dengan selamat ke tempat yang kami tuju tanpa ada gangguan apa-apa.
Hari berikutnya, Tgl 2 Januari 2010 kami sekeluarga menjenguk mbok dek bu ke RS dan ternyata sesampai di RS Mbok Dek Bu sedang mengurus administrasi off name di RSUP karena sudah diijinkan pulang. Jam 13.00 Wita kami pulang ke Negara dan sebagaimana yang aku rencanakan aku hendak main dulu ke pantai kuta tetapi sayang ternyata aku salah ambil jalur mobil sehingga nyampai di Pantai Birawa. Akhirnya aku banting haluan untuk lanjut pulang lewat jalur ke Tanah Lot. Di Obyek wisata tanah Lot aku ajak anak-anak dan istriku melihat-lihat panorama Pura Tanah Lot, melihat ular suci dan tidak lupa mengabadikan Panorama Indah Tanah Lot ini dengan kamera yang aku bawa. Setelah berkeliling dan membeli beberapa pakaian yang dijual di Pasar Seni Tanah Lot, aku ajak keluargaku untuk makan sore dan selanjutnya pulang ke Negara. Aku dan istriku merasa bahagia sekali melihat anak-anakku bersenang-senang bisa mengisi waktu liburan tahun baru 2010. Mudah-mudahan ini menjadi kenangan yang tak terlupakan buat anak-anakku dan kalau di sekolahan disuruh cerita apa yang dilakukan mengisi liburan Tahun Baru, bisa menceritakan pengalamannya sebagaimana yang dialaminya.
Namaste.

Tidak ada komentar: