01 April 2010

Sapi Dalam Sudut Pandang Ajaran HINDU

Salah satu poster kuno yang pernah beredar di India sebagai suatu upaya untuk menghentikan kegiatan mengkonsumsi daging sapi baik sebagai komoditi pangan maupun media upacara adat penyembahan pada KALI. Digambarkan bahwa pada bagian-bagian tubuh sapi tersebut berstana (tinggal) para dewa yang senantisa membantu manusia.
Dalam ajaran Hindu, tidak pernah ada ritual pemujaan (Puja = worship) terhadap sapi atau menganggap sapi sebagai hewan suci bahkan larangan untuk membunuh sapi (mengkonsumsinya sebagai sarana ritual keagamaan). Anggapan-anggapan tersebut diatas lahir sebagai hasil dari analisa budayawan/sejarahwan Eropa yang kala itu meneliti kebudayaan India (yang nota bene dianggap sebagai cerminan ajaran Hindu) dan menterjemahkannya secara subyektif dengan mengkensampingkan kajian nilai estetik dari adat istiadat masyarakat budaya tersebut.
Pada masa awal weda, bangsa Arya memelihara sapi untuk digunakan sebagai sumber pangan, dengan mengkonsumsi berbagai produk pangan yang dihasilkan oleh sapi (daging, susu, yogurt, minyak) bahkan kulitnya dapat digunakan sebagai bahan pakaian atau tenda. Demikian banyaknya manfaat yang dihasilkan dari sapi, menyebabkan masyarakat “menghormati” sapi sebagai suatu anugerah yang sangat besar dari Yang Maha Kuasa ~ rasa respek tersebut menempatkan sapi (yang menhasilkan susu) sebagai hewan yang ditabukan untuk dikonsumsi (Aghanya).

Dari paham tabu/aghanya tersebut diatas, selanjutnya baik weda ditemukan sloka-sloka yang mengambil “pengandaian/perumpamaan” sapi sebagai perwujudan Tuhan (bukan Tuhan dalam artian yang sebenarnya), sebagai ibu (dikaitkan dengan susu yang diproduksinya), sebagai simbol kesejahteraan. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, simbol sapi juga dikaitkan dengan dewa-dewa utama Hindu sehingga paham tabu untuk mengkonsumsi sapi menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dalam ajaran Hindu.
Namun kitab Weda juga tidak mengesampingkan adanya pembunuhan banteng dan sapi sebagai sarana ritual/puja keagamaan. Dalam Griha Sutra, pengorbanan sapi dikaitkan dengan banyak upacara keagamaan, bahkan Manusmriti, yang dalam berbagai peraturannya melarang makan daging, mengatakan, “Seseorang boleh makan daging bila daging itu sudah diperciki air suci dan dimantrai, ketika seseorang terlibat dalam menyiapkan suatu upakara sesuai hukum, dan bila hidup seseorang dalam bahaya” (Manusmriti 5:27).



Tidak ada komentar: