17 November 2009

ALAM KEHIDUPAN SETELAH MATI III

MEMASUKI ALAM ASTRAL
Segera setelah bebas dari badan atheris, maka roh akan mengalami tidur yang nyenyak sekali, setelah terbangun dari tidurnya, sang roh sudah berada di kawasan alam astral.
Hal pertama yang perlu diberi penjelasan dalam menggambarkan tentang alam astral, yakni tentang realitasnya yang mutlak, yaitu bahwa benda-benda dan penduduk alam astral sungguh nyata, mereka itu adalah kenyataan yang tidak dapat kita abaikan, karena hanya sebagian besar umat manusia belum dapat menyadarinya.
Alam astral adalah salah satu kawasan alam di alam semesta, yaitu alam yang setingkat lebih halus dari alam fisik ini.
Ada berbagai hal yang menonjol di alam astral, diantaranya, banyak penduduk dari kawasan alam astral itu memiliki kecakapan yang mengharuskan untuk merubah bentuknya dengan sangat cepat, juga penglihatan di alam ini adalah suatu kecakapan yang berbeda di bandingkan di alam fisik. Benda di alam itu tampak seolah-olah terlihat dari segala sisi, dari dalam dan luarnya. Oleh karena itu bagi seorang yang belum berpengalaman pergi kealam itu akan menjumpai kesulitan dialam itu. Ia akan sulit mengerti tentang apa yang sebenarnya ia lihat. Dan lebih lagi jika ia menceritakannya dengan kata-kata yang kurang memadai dalam pembicaraan biasa.


Alam astral dikelompokkan dalam tujuh tingkatan.
Yang dimaksud dengan tingkatan disini bukan tingkatan seperti anak tangga. Tapi tingkatan kehalusannya yang berbeda seperti halnya alam astral ada disini menembus alam fisik ini, tapi tidak terlihat dengan mata biasa. Seperti halnya cahaya matahari yang menembus air danau yang jernih. Masing-masing dari tingkatan alam di alam astral juga saling menembus. Sehingga disini diatas bumi ini alam astral exist dalam ruang yang sama dengan alam fisik ini. Alam astral lebih besar dari pada alam dunia ini, sampai beberapa ribu mil diatas permukaan bumi.
Mengenai bagian alam astral ketujuh (yang terendah) juga memiliki alam dunia ini sebagai latar belakangnya. Hanya apa yang dapat dilihat dari latar belakang ini, seluruhnya berubah dan hanya merupakan pemandangan yang tidak lengkap, sebab semua yang bersifat cahaya dan baik serta indah, sama sekali tidak kelihatan.
Mengenai hal ini sudah digambarkan dalam kitab dari Mesir Kuno yang bunyinya sebagai berikut “jenis tempat apakah itu yang telah ku datangi ? Tidak ada air, tidak ada udara dan dalamnya tidak terduga dan kehidupan seperti malam yang tergelap, sedang orang perantauan di tempat itu tanpa pertolongan. Di tempat itu orang tidak bisa hidup dengan hati tenang. Bagi orang celaka ditempat itu, sesuai dengan tingkatannya, sungguh nyata bahwa dunia ini penuh kegelapan dan penghuni yang kejam. (Namun kegelapan ini memancar dari dalam diri sendiri, sehingga kehidupannya berlangsung di alam kegelapan yang terus menerus karena kejahatan dan kekejamannya). Itulah neraka yang dibuat oleh manusia sendiri. Di alam itu sang roh menderita biasanya karena nafsu-nafsunya tidak terpenuhi. Misalnya saja seorang pemabuk dia tidak punya badan fisik dan anggur atau wiski untuk dipakai “bermabuk ria”, sebagai sarana untuk memenuhi nafsu-nafsu itu. Sedangkan nafsu seperti itu akan sangat meningkat kuat di alam itu karena sudah tidak ada batasan dari badan fisik.
Alam yang penuh derita ini bukanlah khayalan belaka. Bagian alam itu sebagian ada diatas tanah dan sebagian lagi (mungkin sebagian besar) ada dibawah tanah, artinya menembus tanah padat. Tapi bagi orang-orang yang biasa hidup dengan hati bersih dan baik, tidak akan memasuki alam yang tidak menyenangkan ini. Jika orang sampai memasuki alam ini tentu hanya karena pikiran, kata-kata atau perbuatan yang jahat. Tapi perlu di ingat,bahwa keadaan yang menyedihkan di neraka ini tidak akan berlangsung selama-lamanya. Juga harus di ingat bahwa jiwa itu kekal abadi.
Jika dipahami lebih teliti dapat dikatakan bahwa si individu itu sebenarnya sedang membersihkan diri dari sisa-sisa keburukan selama masa penyesuaian di alam astral dalam membuat persiapan menyambut kesempatan-kesempatan baru dan melakukan usaha-usaha baru apabila saatnya tiba untuk kembali ke bumi dikelak kemudian hari.
Dialam ini, jika nafsu-nafsu jahatnya mulai luntur baik oleh kesadaran baru ataupun oleh suatu bentuk keputusan karena tidak bisa lagi memenuhi nafsu-nafsunya (akhirnya pasrah), maka alam itupun mulai ditinggalkan dan segera memasuki alam yang lebih luhur.
“semua orang yang sudah mati harus melalui tiap tiap bagian alam astral dalam perjalanannya menuju alam surga. Namun jangan diartikan bahwa mereka harus sadar ditiap-tiap bagian alam itu. Berapa lama jiwa itu tertahan disuatu bagian alam astral, tergantung dari bagaimana kehidupan di dunia, tergantung dari nafsu atau emosi yang ia ikuti saja kemauannya.
Bagi orang-orang yang benar-benar memiliki sifat-sifat rohaniah tinggi, keadaan buruk seperti diceritakan diatas tidak akan dilewati. Sebab tidak ada atau hanya ada sedikit nafsu yang mengikat dia dilapisan alam rendah. Akibatnya ia hanya melaui saja alam astral dan tidak berhenti disitu, tetapi langsung sadar di alam surga.
Jika keinginan pokok baginya atau pikirannya berkisar pada hal-hal keduniawian, mungkin ia akan sadar dialam astral bagian keenam dan disekitar orang orang yang mempunyai hubungan erat dengan dirinya waktu masih berada di dunia.
Bagian alam astral yang kelima dan keempat memiliki sifat hampir seperti alam keenam. Tetapi dialam astral yang kelima dan keempat, pandangan kita tentang dunia makin tidak penting lagi.
Selanjutnya kita akan sampai di alam astral bagian ketiga. Disini tampak segala hal yang dibuat oleh pikiran manusia sendiri. Jiwa itu membangun kota-kotanya sendiri. Tapi tidak membangun seluruh kota. Mereka mewarisi suatu tempat, desa atau kota yang merupakan buatan pendahulunya. Dan jiwa yang baru yang datang hanya menambal sesuatu dengan pikirannya. Demikianlah dibagian ketiga ini terdapat kota dengan gereja, vihara, pura, dan bangunan-bangunan lainnya. Tentunya bagi pembentuknya, alam ini sangat menyenangkan.
Jika kita datang dibagian kedua, rupanya itu menjadi tempat bagi orang-orang yang hatinya memikirkan kepentingan diri dan orang-orang beragama yang tidak memiliki sifat rohaniah, melaksanakan praktek agama untuk kepentingan kebahagiaannya sendiri (bukan berupa persembahan tulus atau dasar kasih yang tanpa pamrih). Kita dapat melihat jiwa-jiwa memakai mahkota emas dan menyembah Tuhan bagi negeri dan waktunya telah diwujudkan secara materialistis yang sangat kasar.
Kemudian kita sampai kepada bagian pertama alam astral yang tampaknya khusus yang sesuai sekali bagi mereka pada waktu yang hidup didunia mencurahkan perhatian dan tenaganya pada pekerjaan dengan pikiran yang sifatnya materialistis. Hal itu mereka jalankan bukan untuk menguntungkan sesama manusia, sebab niatnya memang untuk menguntungkan dirinya sendiri, karena ambisinya dan juga hanya untuk latihan bagi pikirannya. Orang-orang seperti itu sering berada pada bagian tersebut sampai lama sekali. Sedangkan mereka sangat senang karena dapat memecahkan segala persoalan inteleknya. Tetapi karena tidak ada sangkut-pautnya dengan kebaikan orang lain, maka perjalannya kealam surga juga akan lambat.
Komunikasi dialam astral dibatasi oleh pengetahuan yang bersangkutan. Orang yang mampu menggunakan lapisan mentalnya dapat mengkomunikasikan pikirannya dengan lebih mudah dan cepat, melalui kesan mental. Tampaknya ada pembatasan komunikasi yang mirip dengan yang berlaku di bumi. Akhirnya adalah bahwa mereka ditemukan berteman dalam kelompok yang terhimpun oleh kesamaan simpati, kepercayaan dan bahasa.






Tidak ada komentar: