12 Maret 2009

Lulus Seleksi APDN Mataram

Kejadian ini aku alami sekitar tahun 1988, dimana waktu itu aku baru menamatkan pendidikanku di tingkat SMA dan melanjutkan ke tingkat Perguruan Tinggi dalam rangka merintis masa depan sebagaimana yang aku cita-citakan.

Aku mengikuti ujian penerimaan mahasiswa baru pada 3 Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Udayana, Universitas Warmadewa dan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Mataram. Yang sangat menarik untuk aku ceritakan disini adalah perjuanganku untuk diterima kuliah di APDN Mataram.
APDN adalah sekolah kedinasan yang baru kali ini aku kenal sebagai sekolah Calon Camat. Orang-orang yang kuliah disana adalah anak-anak pejabat atau keluarga atau relasi pejabat sehingga proses penerimaannyapun sarat dengan nuansa KKN. Aku sendiri mendengar informasi penerimaan calon mahasiswa APDN ini dari seorang temanku yang juga termasuk dalam katagori relasi pejabat, dan menawari aku untuk ikut seleksi (tidak aku ketahui apakah tawarannya tulus atau tidak) meskipun sebenarnya aku sangat pesimis untuk bisa lolos seleksi yang katanya sangat ketat dan sarat KKN. Aku mencoba konsultasi dengan bapakku dan respon bapakku diluar dugaanku yaitu cukup positif dan mendukungku untuk ikut seleksi. Dukungan yang didasari hati yang tulus dan lugu yaitu coba-coba saja, siapa tahu ada jodoh , toh tidak keluar biaya dalam arti uang karena semua digratiskan.

Meskipun peluang untuk diterima sangat tipis mengingat aku bukan dari kalangan keluarga atau relasi pejabat, dan kebetulan persyaratan yang diminta sebagian besar sudah aku miliki tinggal melengkapi dua buah surat yang disanggupi oleh bapakku untuk mengurusnya Aku memang tidak terlalu berambisi tetapi dalam hati kecilku aku berharap aku bisa memenuhi harapan orang tuaku lulus seleksi karena kalau aku kuliah disana maka beban orang tuaku membiayaai aku sekolah menjadi berkurang, setelah tamat tidak bingung mencari kerja karena saat kuliah sudah dijadikan PNS dan sambil sekolah juga dapat gaji.

Kalau menengok jauh kebelakang, keluargaku juga ada darah pamong praja karena salah satu Kumpi keluargaku pernah menjadi Kepala Desa. Sehingga aku berharap dalam do’a-ku setiap hari aku berharap kiranya Ida Sanghyang Widhi dan Ida Leluhur Betara Jro Gede menjadikan aku sebagai penerus darah pemimpin leluhurku dan membantuku agar bisa lolos seleksi dan diterima sebagai mahasiswa APDN. Setiap hari bahkan setiap saat aku selalu berdo’a memohon kepada Ida Leluhur untuk diberi kemudahan dan kelulusan. Hanya itu yang bisa aku lakukan karena aku sangat-sangat menyadari kekuranganku baik sekala maupun niskala.

Tahap demi tahap test seleksi penerimaan calon mahasiswa Ikatan Dinas pada APDN Mataram ku jalani. Dari test awal aku lihat, aku dengar akan kebenaran isu KKN dan isu anak pejabat dalam proses tersting tersebut. Semua itu kujadikan cambuk untuk memperkuat dan membulatkan tekatku untuk lulus dan menjadi mahasiswa APDN. Terlebih lagi setelah aku mengalami kecurangan dari teman-temanku seperjuangan yang semula berkata bahwa kita sama-sama berjuang tanpa ada relasi pejabat tertentu. Aku merasa ditikam dari belakang ketika tahu bahwa orang tua temanku kasak-kusuk mencari rekomendasi kelulusan pada seorang pejabat Pemerintah Propinsi Bali dan yang lebih menyakitkan aku melihat, mendengar dengan mata dan telingaku sendiri ada peserta seleksi yang sudah tidak lulus pada tes awal kemudian muncul lagi ikut pada seleksi berikutnya.

Tekatku sudah bulat aku harus lulus, aku yakin diantara calon mahasiswa yang lulus nantinya ada diantaranya yang lulus murni tanpa katrolan pejabat dan calon mahasiswa itu adalah AKU, AKU HARUS MEREBUT TIKET ITU DENGAN KEMAMPUANKU DAN DO’A-DO’A-KU. AYO KITA BUKTIKAN AKU ATAU ORANG-ORANG KATROLAN ITU YANG AKAN MENJADI PEMENANG.............

Begitu membaranya semangat dan tekatku yang selalu aku ungkapkan dalam do’a-do’a-ku mengantarkan aku melewati tahap-demi tahap seleksi sampai akhirnya aku dinyatakan lulus dan diterima sebagai Calon Mahasiswa APDN Mataram.

Aku merasa gembira dan bangga ternyata do’aku terkabulkan. Aku telah berhasil membuktikan bahwa perjuanganku dengan tekat dan do’a kepada Ida Sanghyang Widhi dan Ida Leluhur telah mengalahkan orang-orang yang mungkin telah menyepelekan kekuatan yang tidak terlihat dari Ida Sanghyang Widhi/Ida Leluhur sehingga lupa diri, lengah dan sombong karena merasa sudah ada pejabat yang merekomendasikan untuk kelulusannya. Mereka tidak menyadari bahwa banyak orang juga telah mengantongi rekomendasi itu sehingga tetap harus berjuang dengan kemampuannya sendiri untuk mendapatkan nilai plus diantara yang sudah dapat rekomendasi tersebut.

ASTUNG KARA....................................


Tidak ada komentar: