16 Juli 2009

Dikenal Maka Disayang


Ucapan tersebut diatas merupakan kebalikan dari Tak Kenal Maka Tak Sayang yang sering kali diucapkan seseorang mengawali perkenalan dirinya. Adapun maksudnya adalah dalam kita berinteraksi pada suatu forum atau masyarakat syarat minimal yang harus dipenuhi untuk memungkinkan berhasilnya interaksi kita adalah jalinan saling kenal melalui proses memperkenalkan diri. Tujuannya adalah ya...sudah pasti agar bisa dikenal oleh yang lainnya. Tetapi interaksi kita akan lebih efektif apabila kita mampu saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dari perkenalan ini diharapkan bisa terjalin komunikasi dua arah yang disadari atau tidak nantinya menumbuhkan “rasa saling” (yang positif”) . Kalau tidak memperkenalkan diri maka kita sudah pasti tidak dikenal dan tidak saling mengenal, sehingga interaksi menjadi kurang efektif karena dirasa ada sekat yang membatasi kita dalam berinteraksi. Hal tersebut baru kusadari dan kubuktikan sebagaimana pengalaman berikut ini.

Selasa, 14 Juli 2009 tepatnya pukul 19.30 Wita, aku bersama istri dan kedua anakku bertamu ke rumah temanku di LC Dauhwaru dengan mengendarai motor Thuder-ku yang sedikit dimodif sehingga lebih gaul baik tampilan maupun suaranya. Tujuan utamaku adalah menghantarkan Wasuan/Tirta yang didapat pada waktu tirta yatra ke Pura Blambangan, Alas Purwo dan Semeru Agung di Lumajang, yang mana pada saat tirta yatra tersebut temanku ini tidak sempat membawa tempat tirta sehingga tirta yang aku dapat tunas di ketiga pura tersebut aku bagikan kepada temanku tersebut.
Dari rumah temanku ini selanjutnya dilanjutkan ke rumah teman istriku di Banjar Menega. Kira-kira pukul 20.45 Wita aku bertolak dari rumah teman istriku pulang ke rumah. Tanpa disadari pada saat menyebrang di perempatan Tegalasih-Dauhwaru, karena jalan agak nanjak dan adanya kendaraan yang sudah begitu dekat dari barat, aku track motorku sehingga suaranya agak keras (sedikit ngebrong) dan setelah dirasa aman, motor kupacu sewajarnya sampai akhirnya berhenti di depan trafick light yang menunjukkan warna merah. Tidak ada sesuatu keganjilan yang kurasakan, tapi tiba-tiba pengendara sepeda motor dibelakangku nerobos lampu merah dan parkir didepan pos jaga polisi, kemudian melepas helm dan jaket yang dikenakannya. Terlihat olehku seragam polisi yang menunjukkan pengendara sepeda motor bebek tadi adalah seorang Polisi. Aku berpikir Polisi tersebut hendak bergabung dengan dua rekannya yang sudah nge-pos ditempat tersebut. Ternyata dugaanku meleset, Polisi itu kemudian meniup peluitnya dan memberi tanda agar salah satu kendaraan yang berhenti di depan trafick light untuk kepinggir. Aku yang merasa tidak punya salah apa-apa tidak menyadari bahwa yang diminta kepinggir adalah aku dan setelah yakin yang dimaksud oleh polisi tersebut adalah aku maka motorkupun kupinggirkan sebagaimana petunjuk polisi tersebut.
Sesampai didepan polisi tersebut motor kumatikan sebagai rasa hormatku pada polisi yang memanggilku. Polisi tersebut dengan mimiknya yang tegas dan sepertinya sedikit marah mulai menanyaiku prihal knalpot motorku yang suaranya ngebrong. Kelihatannya polisi tersebut tersinggung ketika aku trek motorku didepan motornya. Polisi tersebut melanjutkan pertanyaannya sepertinya mencari-cari kesalahanku sehingga bisa menilangku dan mulai menceramahiku. Niat polisi tersebut untuk mengintrograsi-ku tiba-tiba berubah nadanya ketika aku membuka helm-ku dan ada cahaya mobil menerpa wajahku. Polisi tersebut sepertinya mengenaliku dan sepertinya agak sungkan atau segan terhadapku sambil berkata “kaden anak Nyen ?” (Tak kirain siapa ?) Polisi tersebut tidak jadi melanjutkan niatnya untuk mengintrograsi-ku dan menilangku, malah ia berlalu meninggalkanku dan mempersilahkanku melanjutkan perjalanku. Aku pun kemudian berlalu dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada polisi yang tidak ku kenal tersebut.
Apa sebenarnya yang terjadi ?
Ternyata memang benar “dikenal maka disayang”. Polisi tersebut mengenaliku (entah itu pribadiku, jabatanku atau mungkin aktivitasku ) meskipun aku tidak mengenali pribadi Polisi tersebut. Mungkin kalau aku tidak dikenali Polisi tersebut, kata orang pencetus slogan tersebut “aku melayang” yaitu kemungkinan besar aku kena tilang karena menyalahi ketentuan standar sepeda motor. Tetapi “dikenal” orang tidak selamanya bermakna Positif sebagaimana kejadian yang aku ceritakan diatas, dimana orang menjadi segan, hormat, bahkan mungkin iba terhadap diri kita. Bagi sebagian orang “dikenal” orang dapat bermakna negative karena mungkin seseorang akan merasa terganggu privacy-nya karena kemana-mana dan dimana-mana seperti diawasi oleh banyak orang meskipun kita mungkin tidak mengenali orang tersebut. Hal ini harus kita sadari karena segala sesuatu didunia ini selalu memiliki makna ganda, hal ini tergantung dari sudut pandang seseorang dan juga kepentingan orang. Dalam filsafat Hindu hal ini dikenal sebagai Rwa Bhineda; Sebut saja Siang dan malam adalah pemaknaan dari hari. Ganteng dan tidak ganteng / jelek adalah pemaknaan dari wajah seorang laki-laki. Jauh dan dekat adalah pemaknaan dari jarak dan masih banyak lagi yang lainnya.
Hand phone (Hp) dapat dimaknai sebagai teknologi komunikasi yang positif dan negative, tergantung dari sudut pandang kita. Hp dimaknai positif jika dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat kebaikan demikian sebaliknya akan dimaknai negative jika dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak baik seperti untuk transaksi togel, untuk janjian ketemuan orang selingkuh dan sebagainya.
Oleh karena itu mari gunakan Wiweka kita untuk menyikapi segala sesuatunya agar bermakna positif.
Astungkara

Tidak ada komentar: