13 Maret 2009

DALMAS "porak-porandakan" Kantor Pelayanan Umum


Kejadian ini kualami pada hari Kamis, 25 Oktober 2007. Waktu itu bertepatan dengan bulan puasa bagi umat islam. Seperti biasa menjelang Lebaran tiba banyak perusahaan/sponsor memasang reklame disepanjang jalan Jurusan Denpasar – Gilimanuk. Bermacam-macam terik dipakainya dalam upaya agar tidak dikenakan Pajak Reklame oleh Pemerintah Kabupaten. Ada yang memasang umbul-umbul dan spanduk ditiap-tiap Pos Pengawasan arus mudik, Masjid-Masjid dan ada juga yang memasang disetiap tikungan, Perempatan jalan dengan menyertakan logo POLRI, dan lain sebagainya. Semua itu membuat pemandangan disepanjang Jalan Denpasar-Gilimanuk ramai/meriah. Hal yang membuat Pemkab Jembrana gerah yaitu tidak adanya koordinasi dan tidak maunya pihak sponsor membayar Pajak Reklamenya. Menyaksikan penomena tersebut, sudah menjadi tugas Tim Penertiban Reklame untuk untuk menertibkannya.
Dalam rangka penertiban Spanduk dan umbul-umbul tersebut, kami dari Tim Penertiban sempat berkoordinasi dengan pihak kepolisian dengan bersurat kepada Kapolres menanyakan status umbul-umbul dan spanduk yang memuat logo POLRI oleh para pengusaha Rokok, Sepeda motor/mobil maupun operator Seluler.

Dalam jawabannya Kapolres menyatakan bahwa pihak Kepolisian ada menjalin kerjasama dengan pihak XL dalam pengadaan spanduk dan umbul-umbul selama proses pengamanan arus mudik Lebaran tahun 2007.

Berbekal permakluman tersebut, Tim akhirnya menertibkan spanduk dan umbul-umbul yang tidak berijin yang dipasang sekehendak hati oleh para sponsor dan diluar kontek kerjasama dengan Pihak Kepolisian. Meskipun petunjuknya sudah jelas, Tim dalam melakukan aksi penertiban masih mentolelir keberadaan spanduk dan umbul-umbul illegal yang dipasang di pos-pos pengawasan arus mudik yang ditempati para Polisi.

Langkah yang telah dilaksanakan Tim dalam operasi rutin penertiban reklame setiap minggu ini diblow-up oleh wartawan dengan memajang foto spanduk berlogokan POLRI yang telah di tertibkan Tim.

Dari pemberitaan inilah akhirnya ada mis-komunikasi antara Pemkab Jembrana dengan Polres Jembrana dan atas masalah ini pihak Pemkab yang diwakili Kabid Yanum dan Kabid Inkom telah meluruskan pemberitaan tersebut ke Polres Jembrana dan permasalahan dinyatakan sudah selesai. Namun kenyataan berkata lain. Esok hari Kamis, 25 Oktober 2007, sehari setelah kesepakatan damai antara Pihak Pemkab Jembrana dengan Polres Jembrana, satu pleton Dalmas Datang ke Pemkab Jembrana tepatnya di Pelayanan Umum. Mereka menanyakan spanduk berlogokan POLRI yang ditertibkan Tim Penertiban Reklame. Karena berbanyak kedatangan anggota Dalmas Polres Jembrana membuat gaduh kantor pelayanan. Bagai kawanan Rampok mereka berhamburan dan berteriak-teriak menanyakan keberadaan spanduk berlogokan POLRI yang ditertibkan TIM. Mereka juga menanyakan keberadaan Kepala Dinas Inkom, Yanum, Perhubungan dan Data untuk dimintai pertanggung jawabannya. Mereka memasuki ruang kerja Staf Pelayanan Umum, mengobrak-abrik ruang kerja, ruang arsip dan Pintu ruangan dirusaknya. Staf Pelayanan yang ada dibuat ketakutan. Pol PP Pemkab Jembrana tidak ada yang berani mencegahnya. Saat kejadian itu Aku dan Tim Penertiban Reklame sedang melakukan kegiatan rutin untuk melakukan penertiban reklame. Seorang staf pelayanan menghubungi Aku lewat Hp dan meminta Aku dan Tim kembali ke Kantor. Setiba dikantor Aku menyaksikan aksi anggota Dalmas yang liar bagai garong, tidak tahu etika mengobrak-abrik kantor pelayanan, teriak-teriak dengan kata-kata kasar dan menantang semua pegawai di pelayanan umum. Keangkuhan dan anarkisme aparat penegak hukum telah dipertontonkan satu pleton anggota Dalmas Polres Jembrana. Sungguh suatu tindakan yang tidak terpuji dan membuat kami kesal dan dongkol.

Mereka juga memperlakukan Kepala Dinas kami dengan tidak hormat, menyeret dan menggelandangnya untuk dimintai pertanggung jawabannya dihadapan anggota Dalmas. Mereka tidak terima dengan penjelasan Kepala Dinas kami, sampai akhirnya Aku sebagai koordinator Tim diminta untuk memberikan penjelasan ditengah-tengah kerumunan mereka.

Dengan kekesalan hati melihat kelakuan tidak terpuji mereka yang sepertinya ada muatan-muatan tertentu (menurut penilaianku) aku datang ditengah-tengah mereka yang berwajah garang dan emosian (seperti dibuat-buat). Dalmas yang semula ramai dengan kata-kata makian dan cacian mau terdiam dan mendengarkan keterangan yang aku sampaikan. Anehnya lagi mereka sepertinya bisa menerima penjelasanku dan selanjutnya menarik diri, kembali ke markasnya dengan mobil operasionalnya. Dalam hatiku aku bersyukur mereka tidak banyak tanya dan segera balik ke markasnya.

Setelah anggota Dalmas ditarik ke Markasnya, suasana kantor pelayanan umum akhirnya kembali normal, namun kelihatan dari wajah-wajah staf pelayanan umum masih tegang sepertinya trauma atas kejadian tadi. Kejadian ini sungguh membuat kami dan juga masyarakat pemohon ijin di Kantor Pelayanan Umum yang menyaksikan aksi Dalmas Polres Jembrana merasa kecewa.

Aparat kelakuannya seperti itu, gimana bisa mengayomi masyarakat ? Cuma karena sebuah spanduk berlogo POLRI yang dipenempatannya tidak sesuai dengan ketentuan akhirnya diturunkan oleh Tim Penertiban Reklame membuat mereka lupa diri akan kedudukan dan kehormatannya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat sehingga dengan sengaja atau pun tidak, dengan sadar atau tidak, diperintah atasannya atau tidak telah berbuat anarkis disaksikan masyarakat umum.

Bagaimana ini para pimpinan POLRI di Jembrana, di Bali atau di Jakarta ? Tau nggak anggota bapak berkelakuan seperti itu ? Bina dong anggota bapak yang tidak disiplin ini. Atau kali diam-diam semua itu terjadi atas perintah bapak????

Ditengah perbincangan staf Pelayanan Umum terkait dengan aksi Dalmas mengamuk yang baru saja berlalu dari pandangan mereka, ternyata ada beberapa staf yang bertanya padaku akan ketidak wajaran yang dilihatnya disaat aku memberikan penjelasan ditengah-tengah anggota Dalmas dimana disaksikan oleh mereka anggota Dalmas mau mendengarkan penjelasan aku (sebelumnya mereka cuek/tidak menghiraukan penjelasan Kadis dan Kabid) dan bisa menerimanya kemudian langsung kembali kemarkasnya.

Staf aku tersebut mengira aku membawa jimat pengasih-asih atau punya kekuatan supra natural sehingga Dalmas tersebut asih kepadaku dan mau mendengarkan kata-kataku.

Atas pertanyaan mereka aku katakan bahwa skenario Dalmas mengamuk memang sampai disitu, sehingga segera mengakhiri aksinya. (jawaban itu aku sampaikan untuk menghindari kesan aku ini orang yang punya kekuatan supra natural, padahal aku yakin semua itu terjadi karena kehendak Ida Sanghyang Widhi).

Astungkara………………..


Tidak ada komentar: