Sering kali kita melihat kenyataan bahwa dalam resepsi nikah yang
dipikirkan adalah penggalian dana, meskipun tidak semua orang seperti
itu, akan tetapi pasti ada yang berpikiran demikian. Dengan kata lain
mengundang seseorang dalam acara resepsi nikah untuk mendapatkan uang
yang terselip dalam amplop, resepsi dijadikan ajang bisnis untuk
mendapatkan keuntungan.
Hal ini tentu sudah menyimpang dan bertentangan dengan dharma karena
dalam ajaran agama justru saat upacara pernikahan diwajibkan untuk
bersedekah, berdana punia.
Sebenarnya apa hakekat acara resepsi nikah atau ‘mengundang’
ketika upacara perkawinan? Menurut pendapatku berdasarkan ajaran agama,
ada dua tujuan utama alasan di balik acara mengundang seseorang ketika
melaksanakan upacara perkawinan atau pernikahan, terutama resepsi nikah.
Melepas masa lajang untuk menikah merupakan babak baru dalam kehidupan
berumah tangga. Dari sudut pandang niskala (secara gaib), menikah
merupakan sebuah proses kelahiran, dimana kita lahir melalui upacara
pernikahan atau wiwaha samskara. Oleh karena itulah adakalanya ucapan
menikah itu, ‘Selamat menempuh hidup baru’.
Jangan anggap remeh kelahiran melalui upacara, kelahiran seperti ini
lebih agung dari kelahiran secara biologis sebab lahir melalui mantra
puja. Oleh karena itu, seseorang yang sudah menikah jangan coba-coba
merasa bukan sebagai anak dari orang tua baru, yaitu ibu dan bapak
mertua. Demikian sebaliknya seorang mertua jangan menganggap menantu
sebagai bukan anak, meski mereka tidak lahir secara biologis.
Kelahiran baru inilah yang perlu diumumkan kepada masyarakat atau bahasa
sederhananya kedua mempelai diumumkan kepada masyarakat bahwa mereka
sudah menikah, agar masyarakat mengetahuinya. Untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, seperti misalnya agar tidak ada lagi orang lain
yang menggodanya layaknya seseorang yang masih lajang.
Alasan yang lebih sakral, resepsi nikah tujuannya adalah untuk
bersedekah (berdana punia), terutama membagi-bagikan makanan. Menurut
kitab Siva Purana, membagi-bagikan makanan dinyatakan sebagai sedekah
yang paling utama.
Dengan melakukan sedekah pada saat melaksanakan Yajna maka pahala yajna
akan berlimpah, pahalanya berlipat-lipat, tentu jika dilandasi hati yang
tulus. Barangkali itusebabnya tamu undangan yang datang membawa
oleh-oleh berupa amplop dimasukan ke dalam kotak dana punia atau kotak
sumbangan, bukan dimasukan ke dalam kotak penggalian dana.
Menurut ajaran Agama Hindu, seseorang yang melaksanakan Yajna tanpa
bersedekah dianggap melakukan perbuatan dosa, melakukan sesuatu yang
sia-sia, Yajna seperti itu tidak ada pahalanya. Itu sebabnya ketika
mengundang seseorang saat resepsi nikah menjadi hal yang sangat
penting untuk menjamu undangan dengan makanan. Menurut ajaran Hindu,
tamu itu dewa. Jangan remehkan tamu yang datang ke rumah meski mereka
berasal dari orang hina, orang jahat, lebih-lebih mereka datang ketika
melaksanakan upacara Yajna.
Dulu, tamu undangan bahkan diwajibkan membawa makanan ke rumahnya, akan
tetapi tradisi ini mulai hilang, namun masih diterapkan oleh masyarakat
yang masih memegang teguh tradisi leluhur. Ketika selesai melaksanakan
upacara Yajna, sisa-sisa persembahan seperti buah-buahan, nasi, ketupat,
sengaja dibawakan ke rumah warga, terutama tetangga dan kerabat.
Tradisi ini disebut ‘ngejot’. Tradisi yang sudah seharusnya
dilestarikan, mengingat tradisi ngejot sangat bermakna. Selain membawa
pahala Yajna, juga sebagai ajang silahturahmi.
Orang-orang yang berpikiran mendapatkan keuntungan dari acara resepsi nikah,
mereka tidak akan mendapatkan pahala atau keuntungan dari upacara
Yajna, yang didapat hanya eforia kemeriahan yang tidak membawa
kedamaian. Oleh karena itu jika mengundang kerabat, sahabat, pejabat,
maka niatkanlah hati dan pikiran untuk membagi-bagikan makanan, bukan
untuk mendapatkan uang dari mereka.
Meski pun mereka datang membawa amplop, yang terpenting orang yang melaksanakan resepsi nikah
sama sekali tidak mengharapkan pada undangan bahwa mereka datang
membawa amplop, melainkan mengharpkan kedatangan mereka untuk mendoakan
kita agar dalam kehidupan baru memperoleh kesejahteraan dan kedamaian.
Dengan cara itu, semoga upacara perkawinanan membawa berkah.
Oleh Wayan Erawati dlm Lanteradharma.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar