11 Januari 2010

BISAKAH DOSA DIHAPUS ?

Perayaan Malam Siwa atau Siwaratri sekarang ini sangat marak dilaksanakan oleh generasi muda hindu diseentaro Indonesia. Perayaan Siwaratri semestinya dimaknai sebagai malam peleburan dosa, namun sepertinya ada pemaknaan yang keliru bahwa peleburan dosa berarti menghapus semua dosa sehingga apabila sudah melaksanakan ritual Siwaratri seseorang menjadi tanpa dosa bagai bayi baru lahir. Hal ini jika dibiarkan berlanjut dapat dipakai sebagai pembenar untuk melakukan perbuatan dosa untuk selanjutnya disucikan dengan hanya melaksanakan brata Siwaratri.
Benarkah dosa bisa dihapuskan ?


Agama Hindu tidak mengenal istilah penghapusan dosa. Tidak ada satu ritualpun yang dapat menghapuskan dosa seseorang. Meskipun seorang telah berhasil melakukan upawasa dan jagra pada malam Siwaratri bahkan mono brata sekalipun atau melakukan upacara pengabenan/memukur (di Bali) tidak akan menghapuskan dosa dan karma buruk seseorang sehingga berhak mendapat tiket masuk sorga. Dosa atau karma buruk seseorang akan tetap ada, namun jika diimbangi dengan amal, bhakti yang tulus, sembah sujud dan melakukan berbagai karma baik, maka dosa dan karma buruk itu tidak terlihat lagi.
Untuk memudahkan pemahaman ini, ambillah gelas yang berisi air putih bersih (air yang putih bersih itu diibaratkan sebagai karma baik), kemudian perciki setetes tinta, (anggap saja tinta itu dosa dan karma buruk). Nah air terlihat keruh. Bagaimana agar kekeruhan dosa itu tidak Nampak lagi ? Hindu menawarkan bahwa untuk membuat air yang keruh oleh tinta/karma buruk tidak tampak keruh lagi adalah dengan jalan menuangkan air kebajikan sebanyak-banyaknya, air dari karma-karma baik”. Inilah konsep peleburan dosa yang ditawarkan Hindu.
Bagaimana mungkin menuangkan air lagi kalau gelas itu sudah penuh?
Mari kita lapangkan pikiran, luaskan cakrawala pemahaman, buka pintu hati selebar-lebarnya, longgarkan seluruh mata batin. Artinya, gantilah gelas itu dengan belanga yang besar, dan bayangkan seluas itulah keiklasan kita dalam berbhakti kepada Hyang Widhi dan beramal kepada kemanusiaan.
Pada saat kita telah membuka pintu hati seluas-luasnya, tuangkanlah gelas demi gelas air putih lambang kebajikan, air cinta kasih, air pengabdian, dan lihatlah berangsur-angsur dosa dan karma baik jadi baur. Air tidak sekeruh tadi dan mulai kelihatan memutih. Andaikan kita selalu bersujud bhakti kepada Hyang Widhi dan beramal untuk kemanusiaan, itu artinya setiap saat kita telah menuangkan air putih yang baru”.
Oleh karena itu disamping melakukan brata Siwaratri atau ritual Atma Wedana (Ngaben atau Memukur) berbuatlah hal-hal yang baik. Jangan lagi pernah berbohong, jangan lagi serakah, jangan lagi menyakiti mahluk Hyang Widhi, rajinlah sembahyang, hormat kepada orang tua, jangan pernah mencuri, sukalah menolong dan rajinlah bersedekah kepada fakir miskin,………..maka dosa dan karma buruk tak akan nampak lagi.
Tidak akan Nampak lagi bukan berarti dosa dan karma buruk hilang dari diri seseorang, namun lebur menjadi sangat kecil dan tak berarti bagi perjalanan hidupmu karena sudah ditimpa karma-karma baik yang jauh lebih besar. Tak ada manusia yang sempurna yang terhindar dari dosa tetapi tak ada manusia yang gagal memperbaiki dirinya jika ia punya kemauan.
Om Tat Sat.






Tidak ada komentar: