21 Juli 2009

Alat Ukur Baik dan Benar


Seringkali kita dihadapkan dengan posisi yang sulit didalam memberi nilai apakah sesuatu itu baik dan benar, sehingga sering kali kita dibuat ragu dalam mengambil suatu keputusan. Sesuatu yang menurut kita baik dan benar belum tentu diterima sama oleh orang lain, tul-nggak ?

Kebenaran dan kebaikan itu bertingkat-tingkat, sesuai dengan tempat, waktu, dan keadaan. Nasi yang sekarang disebut baik, besok akan basi dan tidak baik lagi. Emas yang dikota-kota digemari dan sangat berharga, dimata seorang sanyasa yang hidup di hutan, sebungkah emas sama harganya dengan sebungkah batu.
Arjuna setelah melihat gurunya Bhagawan Drona dan kakeknya yang sangat dihormati, Bhagawan Bhisma, ada di pihak Kurawa siap untuk berperang, sekujur tubuh Arjuna menjadi lemas, terpikir olehnya : “adakah dosa yang lebih besar dari pada membunuh kakek sendiri ?” sikap hormat kepada guru dan kakek seperti Arjuna ini memang benar . Tetapi Sri Krisna menunjukkan bahwa ada kebenaran yang lebih tinggi yang ditentukan oleh waktu, tempat dan keadaan.
Demikianlah di Kuruksetra adalah tempat untuk berperang. Hanya ada dua alternative waktu perang, yaitu dibunuh atau membunuh. Tempatnya di medan Kuruksetra bukan di rumah atau disekolah. Kalau di sekolah guru adalah tertinggi, sangat berdosalah kalau berani kepada guru. Sedangkan kalau di rumah kakek Bhisma adalah yang termulia sebagai pelindung keluarga, sangat bersalah kalau berani terhadap kakek. Tetapi Arjuna saat itu ada di medan perang. Di medan perang tidak ada kakek, dan tidak ada guru. Yang ada hanya kawan atau lawan. Kondisi dan tugas Arjuna waktu itu di Kuruksetra adalah sebagai perwira untuk memberantas musuh, tiak perduli siapa pun musuh itu. Sri Krisna telah menunjukkan kepada Arjuna kebenaran yang terbesar, karena kebenaran di dunia ini sangat tergantung kepada waktu, tempat dan keadaan serta tingkat rohani seseorang (Cudamani)


Tidak ada komentar: