12 September 2011

BRAHMANA DAN KALAJENGKING

Dalam kehidupan dimasyarakat sering kita melihat atau menyaksikan atau mungkin mengalami sendiri sesuatu peristiwa atau kejadian yang bertentangan dengan hati kita yang akhirnya membuat hati kita bimbang dan ragu untuk melaksanakan ajaran Dharma. Dalam kegalauan hatinya melihat phenomena kehidupan keseharian tersebut , seorang anak bertanya kepada Guru-nya. “Guru, apa yang harus kita lakukan kepada orang yang selalu berbuat jahat kepada kita meskipun kita telah berbuat baik dan benar kepada mereka?”
Sang Guru tidak serta merta memberikan jawaban, justru tersenyum dan dengan penuh kebijakan  berkata : “Anakku, guru punya sebuah cerita yang mungkin bisa membantumu menjawab apa yang baru saja anakku tanyakan”. Begini ceritanya :
Disebutkan pada suatu hari ada seorang Brahmana diiringi Sisyanya sedang berjalan dipinggir sebuah sungai sambil menikmati indahnya panorama aliran sungai dengan airnya yang bening. Tiba-tiba dilihatnya seekor kalajengking hanyut terbawa arus sungai. Karena sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang Brahmana untuk menolong mahluk yang memerlukan pertolongan, maka ditolonglah kalajengking yang hanyut terbawa arus sungai tersebut dengan tangannya. Namun apa gerangan yang terjadi ? Kalajengking yang sudah diselamatkan Sang Brahmana dengan tangannya ternyata malah menyengat tangan sang Brahmana sehingga membuat Sang Brahmana kaget dan kalajengking terlepas dan kembali hanyut terbawa arus. Meskipun tangan sang Brahmana telah tersengat kalajengking, namun  sang Brahmana terus berusaha untuk menyelamatkan kalajengking tersebut  dan begitu seterusnya setiap tangan sang Brahmana berhasil mengambil kalajengking, kala jengking tersebut kembali  menyengatnya sampai tangan sang Brahmana tersebut bengkak. Dengan ketetapan hati Brahmana tersebut menyelamatkan kalajengking  maka terselamatkanlah kalajengking tersebut dari arus sungai.
Sisya pengiring sang Brahmana itupun terheran melihat kejadian tersebut. Dalam hatinya berkata untuk apa sang Brahmana bela-belain menyelamatkan kalajengking tersebut sementara yang diselamatkan tidak tahu berterima kasih e…malah balik menyakiti.   Sisya inipun akhirnya menanyakan  mengapa gurunya (Sang Brahmana) menyelamatkan kalajengking yang jahat itu, yang tidak tahu berterima kasih, yang telah berkali-kali menyengat tangan Sang Brahmana hingga bengkak.
Sang Brahmana yang sabar itu dengan tersenyum  menjawab : “kalajengking berbuat jahat saja ia punya ketetapan hati, mengapa kita berbuat baik tidak punya ketetapan hati?”
Setelah mendengar cerita gurunya, anak tersebut termenung dan berusaha mengerti  dan memahami kalimat “kalajengking berbuat jahat saja ia punya ketetapan hati, mengapa kita berbuat baik tidak punya ketetapan hati?” Dalam hatinya berkata bahwa kita yang terlahir sebagai manusia yang diberi kelebihan akal pikiran hendaknya menyadari bahwa lahir sebagai manusia adalah sangat mulia dan hendaknya selalu sadar bahwa berbuat kebajikan kepada semua mahluk adalah merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Hendaknya kita memiliki ketetapan hati untuk melaksanakannya kalau menyadari apa yang dilakukan itu adalah baik dan benar.  Kalau menolong orang itu disadari sebagai suatu perbuatan yang baik dan benar,……… lakukanlah terus, jangan tergoda atau malah dikalahkan oleh orang jahat yang dengan ketetapan hatinya selalu menjahati kita.

Tidak ada komentar: