04 September 2011

DHARMA CANTIH HARI RAYA NYEPI DI JEMBRANA

Sebagai penutup rangkaian kegiatan  perayaan Hari Raya Nyepi di Kabupaten Jembrana diadakan kegiatan Dharma Santih Hari Raya Nyepi yaitu suatu kegiatan Sima karma, saling maaf memaafkan  diantara sesama atas perbuatan yang telah dilakukan selama ini Pelaksanaan Dharma Santih tahun ini hampir bernasib sama sebagaimana tahun sebelumnya yaitu tidak diselenggarakan karena berbagai ketidak pastian yaitu terutama ketidak pastian panitia penyelenggara. Karena rasa tanggung jawab moral atas kegiatan Dharma Santih, Pemuda Hindu Peradah Indonesia mencoba mengkoordinasikan dengan pihak Pemkab Jembrana dan Kementrian Agama RI Kab. Jembrana untuk menyelenggarakan Dharma Santih. Dari hasil koordinasi tersebut akhirnya DPK Jembrana Peradah Indonesia menyanggupi untuk menyelenggarakan Dharma Santih Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1933.
Dibawah koordinasi dan kendali Drs.I Komang Dhiyatmika, MM selaku Ketua Panitia Dharma Santih Hari Raya Nyepi Kabupaten Jembrana, akhirnya dilaksanakan Dharma Santih   pada tanggal 25 Maret 2011 dengan mengambil tempat di Wantilan Pura Jagatnatha Kabupaten Jembrana.
Acara Dharma Santih kali ini diawali dengan kegiatan persembahyangan bersama oleh paguyuban pemangku di utama mandala pura Jagatnatha, untuk mendoakan keselamatan bumi beserta isinya, khususnya Kabupaten Jembrana serta mendo’akan kelanggengan dan keharmonisan kepemimpinan Bapak I Putu Artha,SE, MM dan Bapak I Made Kembang Hartawan, SE, MM sebagai Bupati dan Wakil Bupati Jembrana periode 2011-2015. 
Bupati Jembrana, setelah membacakan sambutannya, berkenan menyerahkan punia kepada para Sulinggih se-Kabupaten  Jembrana, sebagai wujud kepedulian Bupati atas pengabdian para Sulinggih membina umat-nya di Kabupaten Jembrana sehingga masyarakat Jembrana dapat melaksanakan swadharmanya. 
“Janganlah bantuan ini dilihat dari besar kecilnya. Namun, sebagai pimpinan daerah kami berupaya untuk selalu memperhatikan keberadaan sulinggih, karena sulinggih mempunyai tanggung jawab yang tidak kecil dalam upaya memciptakan keharmonisan dan keseimbangan alam ini, “ujarnya.
Terkait dengan dharma santhi tahun Caka 1933, Artha berharap, untuk memulai hidup baru di tahun baru, “dharma santhi yang kita laksanakan ini mengandung makna yang sangat strategis serta tidak terlepas dari nilai filosofis yakni, persatuan, persaudaraan, perdamaian serta toleransi diantara sesama. Karena kata dharma Santih sendiri memiliki arti kebenaran dan kedamaian. Menngawali hidup baru itu, idealnya dimulai dari menyepikan indria. Hidup hendaknya dilakukan dengan indria yang terkendali, “ungkapnya.

Sementara, Nanang Sutrisno dari Kementerian Agama Propinsi Bali yang sengaja didatangkan Panitia untuk memberikan Dharma Wecana  mengatakan, sangatlah tepat seorang Bupati untuk memberikan santuan kepada para sulinggih, dimana penyerahannya juga tepat pada waktunya. “Sebagai seorang pemimpin, sasih kedasa merupakan hari yang sangat baik untuk memberikan tali kasih bagi para sulinggih. Dengan kerekatan hubungan antara pemimpin dalam hal ini Bupati dan wakilnya bersama para sulinggih itu, masyarakat Jembrana selalu diberikan tuntunan oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Sutrisno juga berharap, semua umat janganlah perbedaan itu menjadi arena permusuhan, “maknai arti perbedaan itu merupakan sebuah kebesaran. Dalam sima krama atau dharma santi segala yang menjadi kekurangan kita harus perbaiki melalui perbedaan itu. Karena perbedaan merupakan sebuah keharusan karena ciptaanNya. Mana mungkin ada yang sempurna jika tidak ada perbedaan, “pungkasnya.
Selama hampir 1 jam Nanang Sutrisno mencoba menguraikan makna perayaan Hari Raya Nyepi,dari sisi yang berbeda dengan contoh-contoh yang aktual dan hadirin semuanya merasa terkesima dengan uraian-uraiannya. Sepertinya hadirin Dharma Santih sangat kehausan dengan wejangan-wejangan dharma yang disampaikan sehingga diantar pejabat pemkab ada yang berkeinginan untuk mendatangkan pendharma-wecana ini pada kesempatan lain untuk memberikan pencerahan kepada PNS Pemkab Jembrana. 
Sementara itu hiburan tunggal berupa bondres juga mampu memberikan hiburan dengan pesan moril yang tak kalah dengan apa yang telah disampaikan oleh pendharma wecana.
Rangkaian Dharma Santih akhirnya ditutup dengan sima karma saling memaafkan diantara para hadirin yang diawali oleh Bupati Jembrana dan disusul undangan lainnya.

Tidak ada komentar: